Sebenarnya aku tidak berani mengakui diri sebagai "traveler". Kenapa? Karena:
- Aku hanya seorang warga negara Indonesia yang jatuh cinta terlalu dalam dengan keindahan negeri ini. There was a tweet I've read somewhere: "Orang Indonesia sangat beruntung, pariwisata yang mereka miliki adalah buatan Tuhan; sedangkan kami, orang Singapura, hanya memiliki pariwisata yang berasal dari buatan manusia." See? Bagaimana mungkin kita tidak merasa bersyukur dengan keindahan alam Indonesia? I am a big admirer of Indonesia!
- I love to travel in backpacker ways: cheap, adventurous, and don't need comfort. Perjalanan dengan kereta ekonomi, tinggal di hostel, mandi sekali dalam dua hari, dan hal-hal 'ekstrim' lain sangat menarik bagiku. Sayangnya, masih banyak hal yang belum bisa kupenuhi untuk menjadi seorang backpacker. Well, basically, I don't even have any backpack to begin with! Selama ini untuk traveling aku hanya menggunakan ransel sekolahku yang tentu saja tidak memadai untuk menampung sepatu hiking, jaket tebal, sleeping bag/mat, apalagi tenda!
Selain itu, aku juga belum mengantongi restu dari sang Mama untuk menjalani hidup sebagai backpacker. Mamaku, sanguin-kolerik, prefer untuk mengirim uang beberapa juta agar aku bisa membeli tiket kelas bisnis/eksekutif dan tidur di hotel yang aman & nyaman alih-alih membiarkanku berpetualang 'nggembel'. Tapi aku yakin nantinya bisa meyakinkan Mamaku tentang kenikmatan backpacking agar dia bisa memberiku izin untuk bertualang :) - Istilah "traveler" rasanya kurang tepat untukku, karena selain untuk "melakukan perjalanan" (travel), aku lebih suka menjelajah keindahan dan keunikan di suatu tempat. I call it "exploring". Keindahan alam (air terjun, that's what I love the most!), sejarahnya (oh, how I love visiting museums!), kebudayaannya (kesenian khas daerah yang sangat menarik untuk dipelajari dan diabadikan dengan kamera), makanan khasnya (since I'm a Christian and Manadonese, aku terbiasa untuk MEMAKAN SEGALANYA :p), serta hal-hal unik lain yang belum pernah kutemui di tempat lain (aku pernah menghabiskan waktu berjam-jam menikmati proses penyeberangan mobil dengan getek [sejenis perahu untuk menyeberang] dari satu sisi sungai ke sisi lainnya).
Jika kota itu adalah kota asal temanku, aku bahkan tertarik untuk mencari tahu dimana dulu dia bersekolah, tempat nongkrongnya, dll. Semua tempat menarik untuk dijelajahi! Aku lebih suka menghabiskan waktu (dan uang) untuk menjelajahi satu desa (dan selesai mengelilingi semua sudutnya), daripada melompat-lompat dari satu kota ke kota lain. - "Traveler" seringkali menjadi hobi bahkan gaya hidup bagi para penganutnya. Aku? Tidak sama sekali. Bagiku, traveling itu dilakukan hanya jika aku "mau" dan "bisa". Jika mood-ku sedang ingin bertualang, aku akan menjadi traveler. Jika aku memiliki waktu, uang, dan tenaga yang cukup untuk berwisata, aku akan menjadi traveler. Tapi jika tidak, aku cukup menjadi traveler di dunia maya. How? Dengan surfing internet! Membaca travel blog hasil googling-an, membaca isi timeline akun-akun twitter milik traveler lain, membaca (dan mereblog) artikel maupun posting foto menarik tentang keindahan suatu tempat (khususnya Indonesia), dll. Nyaman, tanpa biaya, killing time, dan juga memuaskan batin!
Traveler, backpacker, flashpacker, travel blogger, apapun itu namanya aku tetap mencintai hobi jalan-jalan ini tanpa butuh sebutan khusus! Sebut saja aku "Penikmat Hidup" karena setiap kali jalan-jalan, aku tidak pernah lupa mengucap syukur pada Tuhan yang telah memberiku nafas kehidupan, kekuatan fisik untuk berjalan, kemampuan 5 indera yang sempurna, dan kesempatan untuk menikmati itu semua. Aku juga tidak lupa merekam semua hal itu, baik dengan kamera maupun dengan otakku, agar bisa dibagikan melalui blog/artikel kepada orang-orang yang belum mendapat kesempatan yang sama denganku. Itu saja cukup bagiku. Nah, tunggu apalagi, kawan? Go packing, now! Salam traveler! :)
0 testimonial:
Post a Comment