29 Juli 2012 yang lalu merupakan pengalaman traveling bersama Mama untuk pertama kalinya :D Haha, kenapa kusebut "pertama kali"? Karena ini jalan-jalan perdana bagi kami untuk menikmati keindahan suatu daerah. Hmm, kurang adil sebenarnya kalau kusebut "jalan-jalan", karena pada dasarnya Mama ke Jawa Tengah untuk perjalanan dinas; melakukan penilaian akreditasi di rumah sakit daerah di Desa Kelet, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah.
|
RSUD Kelet yang mendapat penghargaan untuk pelayanan maksimalnya, keren! |
Singkat cerita, begitu tiba di Jepara, objek wisata pertama yang kami kunjungi adalah
Pantai Bandengan. Pantai ini ada di desa Bandengan, kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Pantai yang terletak di pesisir pantai utara Jawa, tidak begitu jauh dari ibukota Semarang. Sebutan nama Pantai Bandengan ini erat kaitannya dengan salah satu legenda asal usul kepulauan pulau karimunjawa, yand dalam legenda dikisahkan Amir Hasan putra Sunan Muria yang diperintahkan untuk pergi memperdalam dan sekaligus mengembangkan ilmu agama ke Kepulauan Karimunjawa. Ketika sampai di pantai ini, mereka menemukan banyak Ikan Bandeng sehingga wilayah itu dinamakan Desa Bandengan yang lantas pantainya biasa juga disebut sebagai Pantai Bandengan.
Pantai ini sebenarnya bernama Pantai Tirta Samudera atau Pantai Tirto Samudro yang merupakan salah satu obyek wisata unggulan di Jepara, kota kelahiran salah satu Pahlawan Nasional R.A. Kartini. Pantai ini airnya jernih dan berpasir putih ini berjarak sekitar 7 KM dari pusat kota Jepara.
Pendapat pribadiku sih, pantai ini belum mengalahkan keindahan pantai-pantai di pesisir Sulawesi Utara,
my beloved hometown. Apalagi kalau dibandingkan Pantai Pasir Putih di Tongkonan, wuih, kalah jauh :p Eh, tapi ini opiniku saja lho, belum tentu
readers akan sependapat kalau nanti membandingkan secara langsung. Aku pribadi mencintai pantai 'perawan' alias belum terjamah banyak orang. Jadi lebih bebas sampah, dan tentunya lebih sepi dan tenang.
Objek wisata selanjutnya yang kami kunjungi adalah
Benteng Portugis. Benteng ini sekarang hanya berupa reruntuhan tembok berbentuk persegi empat yang terletak di atas bukit tepat di seberang selatan Pulau Mandalika. Di dalam tembok hanya berupa lahan kosong yang ditumbuhi beberapa pohon yang sengaja dibiarkan untuk tempat berteduh pengunjung. Di area dalam sebelah utara terdapat satu bangunan yang juga digunakan sebagai temat berteduh pengunjung. Selain itu terdapat beberapa replika meriam yang ditempatkan di sisi utara dan timur benteng yang langsung berbatasan dengan laut lepas.
|
Pintu masuk menuju Pantai Benteng Portugis |
Benteng Portugis terletak di kecamatan Keling, sekitar 60 km atau 1,5 jam perjalanan dengan kecepatan rata-rata 70km/jam dari pusat kota Jepara. Jalan lumayan praktis dan mudah hingga ujung kecamatan Keling, namun untuk menuju benteng kita harus menggunakan kendaraan pribadi karena tidak ada angkutan umum yang menuju kesana.
Nah, di samping Benteng Portugis, ada pantai bernama Pantai Guamanik Pecatu. Pantai Wisata Guamanik terdapat di sebelah selatan Benteng Portugis. Letaknya sangat berdekatan bahkan pantainya menyatu hanya dipisahkan oleh sebuah sungai kecil. Di ujung selatan pantai terdapat bukit cukup tinggi yang ditumbuhi pepohonan liar. Pengunjung dapat melakukan aktivitas di pantai/laut, trekking mengelilingi bukit, atau berjalan naik ke atas bukit untuk melihat pemandangan di sekitar kawasan wisata seperti Benteng Portugis dan Pulau Mandalika.
Selain benteng bersejarah, yang menarik lainnya adalah bebatuan karang kokoh yang menjulang menahan ombak laut. Dengan pemandangan pulau Mandalika didepannya.
|
Menjelang matahari terbit dan terbenam, banyak warga yang datang untuk memancing |
|
Pulau Mandalika di kejauhan. Indahnya! |
|
Berfoto dengan latar belakang Pulau Mandalika :) |
|
Mama berfoto dengan latar cahaya matahari terbit |
Puas menikmati keindahan Benteng Portugis dan pantainya, serta jalan-jalan mengitari Pantai Guamanik Pecatu, kami diantar oleh
tour guide (yang sebenarnya pegawai di RSUD Kelet, hehe...) mengunjungi
Rumah Sakit Donorojo, sebuah rumah sakit yang digunakan untuk rehabilitasi pasien penyakit kusta. Lokasi rumah sakit kusta ini berada di Desa Kelet, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, diatas lahan seluas 258.600m2.
RS Donorojo dibangun pada tahun 1911, dan mulai resmi oprasionalnya pada tahun 1915, rumah sakit kelet adalah rumah sakit umum yang dikelola oleh Zending dengan Direktur dr. H. Bervoets dibantu dr. Durachim. Pada tahun 1957 didirikan Kampung Rehabilitasi untuk menandakan bahwa penderita kusta yang sudah sembuh masih dapat mencari nafkah sendiri.
Aku, untuk pertama kalinya, menyaksikan sendiri bagaimana sosok pasien penyakit kusta itu. Aku langsung teringat dengan suatu ayat Alkitab tentang penyakit kusta yang disebut-sebut sebagai penyakit kutukan, dan penderitanya harus ditahirkan (disucikan.red) benar-benar bersih barulah dapat diterima kembali di masyarakat. Penyakit yang 'ganas' ya? 'Ganas' karena bukan hanya menyerang organ tubuh kulit, tapi juga menyerang hati nurani sesama manusia hingga tega menjauhi dan mengasingkan penderitanya. Puji Tuhan di zaman modern ini sudah ditemukan obat untuk sakit kusta yang telah terbukti keampuhannya :)
Objek wisata keempat:
Museum Kartini. Museum Kartini terletak di Desa Panggang, Kecamatan Jepara, tepatnya di Alun-alun No.1, Jepara, di sebelah utara Pendopo Kabupaten Jepara. Museum ini terdiri dari 3 buah gedung yang dibangun di atas area seluas 5.210 m2 yang apabila dilihat dari atas gedung-gedung tersebut berbentuk huruf K,T, dan N yang merupakan singkatan dari KARTINI.
|
'Disambut' oleh kereta kuda peninggalan keluarga RA Kartini |
Saat itu, tiket masuk yang dikenakan kepada pengunjung dewasa adalah sebesar Rp2.000,- Astaga, sangat murah! Sayang sekali jika museum sepenting ini hanya 'dihargai' Rp2.000,- padahal kan biaya perawatan dan operasionalnya cukup besar, tidak ada salahnya jika pengelola/pemerintah menaikkan harga tiket masuk, demi perawatan koleksi museum yang lebih sempurna lagi.
|
Berfoto bersama (patung) Raden Ajeng Kartini di pelataran museum |
Ruang pertama adalah badan gedung "K", digunakan untuk koleksi peninggalan R.A. Kartini yang berupa benda - benda serta foto semasa hidupnya.
|
Langsung disambut lukisan besar sosok Raden Ajeng Kartini, pahlawan emansipasi wanita |
|
Berbagai foto semasa hidup R.A. Kartini |
|
Kursi dan meja tulis serta mesin jahit milik Kartini |
Ruang kedua, yaitu "K" di bagian kaki atas, berisi benda-benda peninggalan
R.M.P. Sastrokartono, sosok yang memberi inspirasi kepada R.A. Kartini untuk menjadi tokoh emansipasi wanita. R.M. Panji Sosrokartono dikenal belanda sebagai "dr. Air Putih", karena dia bisa mengobati penyakit hanya dengan menggunakan media air putih. R.M.P. Sosrokartono adalah seorang wartawan pertama di Indonesia yang bisa memotret gunung dari atas udara.
|
Ruang meditasi yang sering digunakan oleh RMP Sosrokartono, kakak Kartini |
|
"Ruang Pengobatan" |
|
Lukisan R.M.P Sosrokartono |
Memasuki ruang ketiga berbentuk "K", bagian bawah adalah untuk penyajian (1) benda-benda yang bernilai sejarah dan purbakala yang ditemukan di wilayah Jepara, antara lain arkeologi, keramik, dll. (2) hasil kerajinan Jepara yang terkenal, antara lain ukir-ukiran, batik troso, keramik, anyaman bambu, dan rotan.
|
Batu Mutiara yang ditemukan di Pulau Parang, Karimunjawa |
|
Koleksi uang koin Republik Indonesia dari tahun 1945 hingga tahun 2005 |
|
Pada Hari Kartini (21 April 2012) yang lalu diadakan lomba 'melukis' wajah Kartini, inilah salah satu pemenangnya: dari biji-bijian dan kerang laut |
|
Dari cangkang kelapa dibentuk lukisan wajah R.A. Kartini |
Ruang terakhir yakni Gedung "T" berisi tulang ikan raksasa ‘Joko Tuwo’ yang panjangnya kurang lebih 16 meter, yang ditemukan di perairan Kepulauan Karimunjawa pada pertengahan bulan April 1989.
|
Tulang ikan raksasa bernama Ikan Joko Tua. Jenisnya adalah Paus Gajah, yaitu ikan Paus yang punya belalai yang ditemukan di perairan Kepulauan Karimunjawa. |
Sekianlah proyek 'jalan-jalan'ku bersama ibunda tercinta di Desa Kelet, Kabupaten Jepara, Prov. Jawa Tengah. Puas mengunjungi berbagai objek wisata, selanjutnya wajib mencari oleh-oleh dong! Apalagi kalau bukan
furniture dengan
ukir-ukiran khas Jepara dan kacang oven untuk cemilan! Sayang sekali aku tidak berhasil menambah koleksi kaos oblong dan gantungan kunciku dengan yang bertuliskan "I Love Jepara" :(
Nice share :)
ReplyDelete