Minggu, 3 Februari 2013
Hari kedua sekaligus terakhir di Bukittinggi! Ah, padahal belum puas merasakan nikmatnya Sate Padang asli di Sumatra Barat sambil menikmati indahnya pemandangan Ngarai Sianok :')
Dari Hotel Ambunsuri kami berangkat menuju Danau Maninjau, sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang dan 36 kilometer dari Bukittinggi. Maninjau yang merupakan danau vulkanik ini berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Maninjau sekitar 99,5 km² dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter.
Danau Maninjau dilihat dari Kelok 44 |
Di tiap kelokan terdapat plang yang menandai jumlah kelok dari 1 hingga 44 |
Berfoto dengan latar belakang Danau Maninjau |
Pemandangan ciamik Danau Maninjau dikelilingi perbukitan hijau |
Ini dia, 'The three musketeers' menjelajahi hutan rimba! |
Pantai Air Manis berkaitan erat dengan legenda Malin Kundang di Sumatera Barat. Malin Kundang adalah karakter dalam dongeng yang berubah menjadi batu, bersama-sama dengan kapalnya, setelah durhaka kepada ibunya. Di tepi pantai, terdapat batu Malin Kundang dan beberapa perlengkapan kapalnya, yang juga berubah menjadi batu. Berdasarkan cerita, Malin Kundang dikutuk oleh ibunya karena menolak untuk mengakui ibunya setelah bepergian ke daerah lain dan menjadi kaya.
Malin Kundang yang 'dikutuk' dalam posisi sujud penuh penyesalan |
Pantai yang begitu luas sering digunakan untuk tempat 'balapan' bagi muda-mudi setempat dengan motor kesayangannya. Sayang sekali wisatawan yang datang seperti bersikap masa bodoh terhadap kebersihan pantai, sejauh mata memandang kita bisa melihat sampah-sampah bertebaran baik di pantai maupun di tepian laut. :(
Readers, tetap jadi wisatawan yang peduli alam ya, bring your own 'garbage' kemanapun tempat wisata yang kamu tuju. Dan jangan sekali-kali mencoret-coret dinding, batu, meja, pohon, apa pun yang ada di sekitarnya.
Pantai Air Manis adalah tempat wisata favorit bagi wisatawan lokal dan asing karena memiliki gelombang yang rendah dan pemandangan indah Gunung Padang. Ada juga sebuah pulau kecil bernama Pisang Kecil. Dari pagi hingga sore, pengunjung bisa berjalan kaki ke pulau yang memiliki luas satu hektar ini melalui air dangkal. Di sore hari, air pasang mulai naik dan Anda harus menggunakan perahu untuk kembali. Di sebelah kanannya, ada pulau lain yang disebut Pisang Besar. Sayang sekali aku belum berkesempatan menjelajahi kedua Pulau Pisang kali ini, maybe next time ya, amin! :D
Setelah Sholat Dzuhur dan menikmati segarnya es kelapa muda, kami pun beranjak ke tempat lain yang menyimpan kisah legenda asli Sumatera Barat: Siti Nurbaya!
Pada sore hari, Jembatan Siti Nurbaya ini berubah fungsi menjadi sarana bersantai ria bagi muda-mudi kota Padang. Berbagai jajanan dijual di sepanjang jembatan, menjadikan tempat ini lokasi yang strategis untuk sekedar kongkow-kongkow menunggu datangnya sunset.
Yang ditunggu-tunggu: SUNSET! |
Kapal-kapal yang ditambatkan di sungai di bawah Jembatan Siti Nurbaya |
Candid! Sweet moment, ya? *lalu sirik karena modelnya bukan aku :(* |
Puas sekali rasanya walaupun hanya satu jam ketawa-ketiwi bareng Bang Hilman. See you next time, Bang Hil! Kalau bisa sih nge-trip bareng lah kita ya, Bang! :3
Saatnya pulang kembali ke Jakarta. Liburan berakhir dengan indah, kini saatnya bersiap menghadapi another busy week. I have many sweet memories of you, West Sumatra, thanks a lot. I'll see you next time, Cantik! *dadah-dadah dari jendela pesawat*
salam kenal..
ReplyDeletepostingan yang menarik.
kunjungi kami di Padang – Bukittinggi
terima kasih