Dalam rangka jelajah seluruh objek wisata di Sulawesi Utara, kali ini aku menyambangi Kota Tondano yang adalah ibukota dari Kabupaten Minahasa Induk. Sebelum dimekarkan, Minahasa adalah kabupaten terbesar di provinsi Sulawesi Utara. Pemekaran akhirnya memecah Minahasa menjadi Minahasa Induk, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, dan Kota Tomohon. Jika menyebut "Tondano", mayoritas warga Sulawesi Utara tentu akan teringat dengan "Danau Tondano", sementara lainnya teringat dengan "Universitas Negeri Manado (UNIMA)" yang berlokasi di kota ini.
Setibanya di Tondano pada hari Senin 24 Februari 2014, aku dan Lia, sepupuku yang tengah menjalani kuliah S2 jurusan IPA Terpadu, segera jalan-jalan ke pusat kota Tondano. Beberapa waktu lalu aku sempat membaca artikel tentang "Monas Tondano" yang letaknya di pusat kota. Wah, aku penasaran setengah mati ingin tahu seperti apa replika Monas yang ada di kota ini!
This is it: Monas Tondano! |
Tugu ini berukuran tinggi 15 meter |
Tidak jauh dari Monas Tondano, terdapat lapangan Sam Ratulangi yang kala itu digunakan oleh warga bermain sepak bola dengan penuh semangat, meskipun hujan mulai turun rintik-rintik.
Lapangan Sam Ratulangi |
Di seberang lapangan, aku melihat Taman Kota Tondano yang memiliki dua objek menarik: sebuah monumen perjuangan Minahasa dan sepasang replika waruga yang sayangnya nampak kurang terawat. Taman Kota ini sendiri merupakan satu bagian dengan halaman Kantor Bupati Tondano.
Waruga di Taman Kota Tondano |
Monumen Taman Kota Tondano |
Mural pada monumen Taman Kota Tondano dengan lambang Minahasa berupa burung Manguni (sejenis burung hantu) serta kalimat pembangkit semangat ‘I Yayat U Santi’, yang juga terdapat di bawah mural ksatria Minahasa di sebelah kiri.
Di sebelah kanan mural ksatria ini terdapat tulisan ‘Cita2ku sampai di puncak Gunung Kalabat, tetapi sayang kaki hanya sampai di Airmadidi’, yang merupakan kutipan ucapan Sam Ratulangi yang terkenal, mengungkapkan cita-citanya agar Indonesia berperan penting di kawasan Asia Pasifik namun semasa hidupnya cita-cita itu belum tercapai, dan berharap agar generasi muda meneruskan cita-citanya itu.
Kalimat di bawah mural ksatria Minahasa di sebelah kanan berbunyi ‘Pakatuan wo Pakalawiren’. Sebuah kalimat yang sering diucapkan oleh orang Minahasa setelah selesai berpidato, yang berarti ‘Semoga lanjut usia dan lestari’. (source: http://thearoengbinangproject.com/taman-kota-tondano-minahasa/)
Di sebelah kanan mural ksatria ini terdapat tulisan ‘Cita2ku sampai di puncak Gunung Kalabat, tetapi sayang kaki hanya sampai di Airmadidi’, yang merupakan kutipan ucapan Sam Ratulangi yang terkenal, mengungkapkan cita-citanya agar Indonesia berperan penting di kawasan Asia Pasifik namun semasa hidupnya cita-cita itu belum tercapai, dan berharap agar generasi muda meneruskan cita-citanya itu.
Kalimat di bawah mural ksatria Minahasa di sebelah kanan berbunyi ‘Pakatuan wo Pakalawiren’. Sebuah kalimat yang sering diucapkan oleh orang Minahasa setelah selesai berpidato, yang berarti ‘Semoga lanjut usia dan lestari’. (source: http://thearoengbinangproject.com/taman-kota-tondano-minahasa/)
Wisata kuliner di Kota Tondano? Tentu saja bisa! Yang paling terkenal adalah Kawasan Boulevard. Pertama kali mendengar lokasi ini, aku kebingungan mengingat Tondano adalah daerah perbukitan yang tidak memiliki pantai. Kenapa "boulevard"? Entah apa yang ada di pikiran pencetus namanya, yang pasti Boulevard Tondano adalah sebuah lokasi wisata kuliner dimana warung-warung makan berdiri sepanjang jalan, menawarkan sajian jagung bakar serta makanan khas Minahasa bersama pemandangan sawah dan pegunungan yang asri. Makanan paling terkenal? SATE KOLOMBI! Sate Kolombi katanya memiliki protein tinggi yang berguna untuk menambah vitalitas. Kalau dimakan dengan jagung atau milu bakar, rasanya: "bukang main pe sadap skali!" :D Untuk setusuk Sate Kolombi harganya Rp2.000,- sedangkan jagung bakar Rp3.000,-
"Kolombi" adalah bahasa Manado untuk hewan sejenis keong. Kalau di Jawa keong sering dianggap hama tanaman padi di sawah, tapi di sini kolombi hidup liar dan berada di genangan air dari rembesan Danau Tondano. Bahkan tak sedikit yang memeliharanya di area sawahnya karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. (source: http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2013/09/12/sate-kolombi-kuliner-tinggi-protein-dari-tondano-592007.html)
Jagung Bakar & Sate Kolombi, e do do eh pe sadap skali! :) |
Hari kedua di Tondano, aku diajak melihat indahnya Danau Tondano yang letaknya cukup dekat dari kawasan Kampus UNIMA.
Alkisah, Danau Tondano adalah retakan yang tercipta akibat meletusnya gunung purbakala di Tondano akibat dilanggarnya sebuah ikrar suci oleh dua Tonaas (pemimpin daerah) di zaman dahulu. Legendanya bisa dibaca disini, readers!
Iseng mau jajan bakso di tepi danau: eh malah ketemu arek Malang! :D Mas-nya asli Malang yang datang ke Sulut tiga tahun lalu, dan kini bermukim di Kampung Jawa, Tomohon. |
Pemandangan sepanjang perjalanan menuju dan kembali dari Danau Tondano sangat mengesankan! Hijaunya sawah dan perbukitan di kejauhan, serta hawa sejuknya membuat saya enggan untuk kembali ke kehidupan di Manado :')
Perhentian terakhir: Makam Sam Ratulangi! Lokasinya dekat Terminal Tondano dan biasanya dalam keadaan terkunci. Tapi tenang saja, juru kuncinya tinggal tepat di belakang kawasan makam (rumah warna pink) yang berseberangan dengan Gereja Riedel.
Jalan masuk menuju makam yang berawal dari rumah si juru kunci |
Penampakan lokasi dilihat dari gerbang depan |
Makam Sam Ratulangi yang ditandai dengan tugu waruga |
Monumen Sam Ratulangi |
Auditorium UNIMA |
Pemandangan yang bisa dilihat dari tempat kos sepupuku, indahnyaaaa :') |
Thank you Lia, my beautiful tour guide :* |
Kalau Manado itu diibaratkan Jakarta, maka Tondano adalah daerah Puncak yang sejuk dan berhawa dingin. Tertarik untuk kesini, readers? ;)
0 testimonial:
Post a Comment