THE WARNING
Trip review ini bukan tulisan yang tepat buat readers yang ingin mencari informasi budget trip BaLok (Bali-Lombok). Pada awalnya, saya memang membuat anggaran kasar sebesar Rp1.500.000,- sebagai acuan kami menabung. Tapi nyatanya pada hari H, dana di tangan hanya Rp750.000,- sementara hasil perhitungan (selesai trip) saya hanya menghabiskan Rp1.418.000,- karena selama di Bali kami diakomodasi sepenuhnya oleh Dwi, dan selama di Mataram kami menginap di rumah Donny; keduanya adalah teman sekampus di STAN.
THE MEMBER
-Kunto Wibisono a.k.a Kunto, merupakan kali pertama bagi kami ngetrip bersama. Alumni spes Pajak STAN yang kini berkulit belang karena hobinya berenang (toh tetap aja berat badan segitu2 aja :p)
-Aldo Siahaan a.k.a Aldo, salah satu partner ketika trip Jelajah Toraja. Alumni spes Akuntansi STAN yang telah merelakan waktu luangnya selama sebulan untuk ngegym biar six pack pas snorkeling di Lombok, tapi....ah sudahlah -_-.
THE STORY
Rencana perjalanan ini diciptakan sekitar bulan Januari 2014, ketika masa pengangguran mulai menimbulkan kegelisahan yang menyeruak diantara sela-sela sanubari dan menghantam lubuk hati yang paling dalam (?) Aku awalnya pesimis akan kesuksesan trip ini. Tidak sedikit kendala yang mengancam trip ini, mulai dari meletusnya Gunung Kelud, Aldo yang tiba-tiba terbang ke Batam, serta aku yang gagal memenuhi target tabungan Rp1.500.000,- *merasa gagal sebagai pencetus trip*Terpujilah Tuhan yang dashyat & perkasa, trip ini tahu-tahu udah di depan mata!
Hari Kamis, 13 Maret 2014 aku memulai perjalanan dengan KA Bengawan start St. Pasar Senen pukul 13.00 finish St. Lempuyangan pukul 21.46. Setibanya di Jogja, Aldo & Kunto yang start dari Semarang sudah menunggu di stasiun. Demi penghematan, kami pun berjalan kaki dari Lempuyangan menuju Mall Malioboro. Kami menghabiskan waktu di McDonald's sebelum nanti kembali ke stasiun untuk naik KA Sri Tanjung pukul 07.45 WIB. Ternyata jalan kaki Lempuyangan-Malioboro dekat saja, hanya butuh 15 menit. Aku & Laskar Jogja kemarin pasti menempuh rute yang salah -_-
Sunrise di Jogja! |
Hari Jumat, 14 Maret 2014 kami bertiga berangkat menuju Banyuwangi dengan KA Sri Tanjung. Ada kisah seru yang mewarnai perjalanan kami. Lely, yang rumahnya di Kediri, berencana untuk naik kereta ini dari Stasiun Kertosono. Menurut jadwal yang kami baca, KA Sri Tanjung melewati St. Kertosono pada pukul 11.50. Jadilah Lely masih tenang-tenang saja di rumah sambil terus WA-an denganku pada pukul 10.00. Ternyata oh ternyata, mulai 1 Maret 2014, KA Sri Tanjung tidak lagi berhenti di St. Kertosono! Jrengjreng~ Pukul 11.15 Lely diberitahukan hal ini oleh petugas di Kertosono, dan disarankan untuk SEGERA menuju St. Baron yang akan disinggahi kereta setelah melewati St. Nganjuk. Disinilah drama dimulai! Lely mulai panik, lari-lari ke dalam mobil (untungnya Bapak masih menunggu dia di stasiun), menelponku dengan nada penuh kegundahan: "...aku coba ngejar kereta ke Baron ya, Mbar, insya Allah bisa kekejar. Tapi kalau nggak...aku nggak ikut ke Bali nggak apa-apa ya?" DUERRR~~ *dalam hatiku: "PESIMIS KALI KAU LEL!"*
Kereta mulai bergerak dari St. Nganjuk menuju St. Baron dan tentu saja kami bertiga cemas, will Lely make it in time? kemudian mujizat terjadi saudara-saudari! Ada demonstrasi (entah oleh siapa dan karena apa) yang menyebabkan kereta stuck di St. Nganjuk selama lebih dari setengah jam! Aku terus berdoa agar demo ini makan waktu lama agar Lely sempat tiba di Baron sebelum kereta kami. Benar saja, dari yang awalnya tidak akan terkejar, Lely jadi menunggu setengah jam hingga kereta datang. Begitu bertemu, kami langsung menggoda tampang paniknya yang emang lucu luar biasa HAHAHAHAA *maap yak lelss*
Perjalanan panjang menuju Banyuwangi pun (beneran) dimulai!
STASIUN BANYUWANGI, 22.01 WITA
Lagi-lagi ngaret dari yang seharusnya tiba pukul 20.40, ya sudahlah...toh rombongan kami sudah lengkap dan berada dalam keadaan sehat walafiat meski sudah berjam-jam tidak mandi (aku, khususnya!) dan perut kelaparan minta diisi.
Setelah jajan indomaret dan makan malam ayam bakar dekat stasiun, kami pun menaiki kapal feri untuk menyeberang ke Gilimanuk. Harga tiket saat itu Rp6.500,-/org. Mungkin karena bukan weekend kapal tidak begitu penuh, kami mendapat tempat duduk yang nyaman di bagian dek kapal.
Perjalanan lintas selat memang hanya 15 menitan, tapi perjalanan naik bis (ongkos: Rp35.000,-/org) dari Gilimanuk ke Terminal Ubung-nya: 6 jam! Wah, udah pengen lambai-lambai ke kamera aja, GA KUAT BROOOO~ Eh, tapi kuat-kuat aja kok, buktinya kami bisa tiba juga di Ubung pukul 05.15 WITA. Ketika bis mulai beranjak dari Gilimanuk, si kernet sudah menyiapkan perlengkapan sembahyang berupa dupa, bunga, dan permen (beneran permen lho!). Sopir bis berhenti beberapa kali di sanggah-sanggah sepanjang jalan agar kernetnya bisa memasang dupa dan beribadah sebentar disana. Wah, keren! Selamat datang di Bali, kawan! Menurut penjelasan Dwi, ibadah itu tujuannya agar selalu dilindungi Tuhan dan selamat dalam perjalanan. Ngeri juga membayangkan kalo sopirnya masih ngantuk, tapi harus nyetir jam 1 dini hari melewati hutan belantara yang gelap selama 6 jam. Wiiiihh...
DENPASAR, 05.30 WITA
Akhirnya kami bertemu I Gede Dwipayana a.k.a Dwi yang akan menjadi tour guide sekaligus penyedia akomodasi selama kami di Bali! YESS! Belum apa-apa udah langsung diajak sarapan di McDonald's dong, dasar Raja Hedon :p
Karena semalam purnama, umat Hindu di Bali merayakan Purnama Tilem. Semua pegawai dan pelajar menggunakan pakaian adat ketika berangkat kantor/sekolah. Wah, aku serasa belajar Budnus secara live. *kemudian sibuk mengagumi keindahan kota Bali, sambil keukeuh hunting bli-bli ganteng :3*
Destinasi pertama adalah rumah Dwi di Br. Lumbuan, Sulahan, Susut, Kabupaten Bangli. Kabupaten ini terkenal akan Desa Penglipuran, pekuburan Trunyan, serta pemandangan Danau & Gunung Batur dari ketinggian. Bangli itu dingin, readers! Tidak heran di rumah Dwi punya pemanas listrik untuk menghangatkan air sebelum dipakai mandi. Rumah Dwi ditempati Dwi, Papa, Mama, kakak, kakak ipar, dua keponakannya, serta beberapa pekerja. Disinilah kami akan tinggal selama 4 hari ini.
Karena capek menempuh perjalanan jauh, ditambah Dwi yang sengaja begadang agar bisa menjemput kami subuh-subuh, kami pun memutuskan istirahat beberapa jam dulu sebelum memulai petualangan di Bali! Let's sleep, guys...
DAY 1 (SABTU)
12.35 - Wisata kuliner pertama di Bali adalah ikan bumbu nyad-nyad (bumbu khas Bali)! :9 Sebenarnya hanya Aldo yang memesan menu ini, namun meski kami hanya mencicipi sedikit bumbunya, tapi kami langsung jatuh cinta dengan rasanya! Hmm...
13.26 - Perhentian pertama Tur Pulau Dewata adalah Desa Penglipuran, yang sudah kusebutkan di atas. Desa Penglipuran adalah sebuah desa adat Bali yang hanya boleh dilewati dengan berjalan kaki. Rumah-rumah adat berjejer di sepanjang jalan. Terdapat Pura Penataran di salah satu ujung jalan, dan Tugu Pahlawan Penglipuran di ujung jalan lainnya. Para warga desa mencari nafkah dengan menjajakan berbagai makanan, minuman, maupun cenderamata khas Bali. Memasuki desa ini kita diharapkan membayar retribusi sebesar Rp7.500,-/orang (+ parkir mobil).
14.45 - Dari Desa Penglipuran, kami meluncur ke Danau Batur. Wah, indah pemandangan danau dari ketinggian tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata! Begitu sejuk dan tenang, kabut yang turun pun seakan makin menambah kecantikannya. Kami turun ke padang dekat danau yang banyak batu-batuan purbakala tersebar di berbagai penjurunya. Disinilah kami memuaskan hasrat model-fotografer hingga hujan mulai turun rintik-rintik :p
Pesona yang ditawarkan disini lebih banyak kepada wisata pemandangan alam. Pemandangan alamnya yang berupa kombinasi pemandangan Danau Batur dan Gunung Batur yang berdiri di tengah-tengah kaldera membuat daerah ini menjadi salah satu tujuan wisata favorit di Bali.
Tujuan selanjutnya adalah kawasan Ubud! Kami ingin menonton pertunjukkan Tari Legong yang ditampilkan di Ubud Palace (Saren Agung) setiap Sabtu pukul 19.30 WITA. Dalam perjalanan kami mengalami kemacetan karena ada arak-arakan umat yang merayakan upacara Piodalan. Seru juga, bisa melihat upacara agama Hindu dari jarak sedekat ini :') Bahkan ada juga turis yang ikut bergabung dengan rombongan serta menggunakan pakaian adat Bali. Keren!
17.48 - Setibanya di Ubud, Dwi langsung mengantarkan kami ke Ubud Palace agar bisa mendapat tempat duduk strategis di depan panggung. Apa daya, masih ada yang mendahului kami, sehingga kami harus berpuas diri duduk di baris kedua :( Pertunjukkan ini dikenai tiket seharga Rp80.000,-/org dan menampilkan 9 sesi tarian:
1. Kebyar Dang (musik gamelan),
2. Puspa Wresti (tari ritual dimana penari wanita membawa persembahan untuk upacara pura),
3. Topeng Keras (tari topeng yang merepresentasikan kemarahan),
4. Legong Kraton,
5. Kebyar Duduk/Taruna Jaya (tarian kontemporer),
6. Kupu-kupu Tarum,
7. Oleg Tambulilingan,
8. Jauk Dance,
9. Closing.
Pentas tari selesai pada pukul 20.00 WITA, kami pun segera pulang ke Bangli.
Malam itu kami menemani Dwi beribadah di sanggah rumahnya. Ini kali pertama kami masuk dan menyaksikan langsung bagaimana umat Hindu beribadah. Hmm, pengalaman tak terlupakan bagiku :')DAY 2 (MINGGU)
Pukul 11.26 WITA kami akhirnya tiba di Taman Ujung (setelah berkutat dengan GPS dan berdebat tentang lokasi parkir) dan segera membeli tiket masuk (sebesar Rp10.000,-/org dan tiket pengambilan gambar Rp50.000,-/kamera). Taman Sukasada, atau lebih terkenal dengan nama Taman Ujung Karangasem, adalah sebuat taman di banjar Ujung, desa Tumbu, kecamatan Karangasem, Karangasem, Bali. Taman ini terletak sekitar 5 km di sebelah tenggara kota Amlapura. Di masa Hindia Belandatempat dikenal dengan nama Waterpaleis atau "istana air".
Taman Sukasada dibangun oleh raja Karangasem I Gusti Bagus Jelantik, yang bergelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. Pada awalnya luasnya hampir 400 hektar, tetapi sekarang hanya tinggal sekitar 10 hektar. Kebanyakan tanah tersebut sudah dibagikan kepada masyarakat pada masa land reform. Taman ini adalah milik pribadi keluarga Puri Karangasem. Namun pengunjung umum diperbolehkan mengunjunginya.
Singgah sebentar di Pantai Goa Lawah |
Pukul 14.00 - Makan siang di Lesehan Merta Sari. Warung ini berada di desa pesinggahan kurang lebih sekitar 200 m dari pertigaan jalan raya Denpasar - Karangasem. Warung ini menyediakan aneka masakan olahan berbahan dasar ikan laut.Salah satu menu andalannya yaitu sate lilit, berbeda dari sate lainnya sate ini disajikan menyatu bersama lauk lainnya. Lesehan Merta Sari terkenal karena pernah dikunjungi mantan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Sate Lilit! |
Di sini ada dua pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.
Obyek wisata tanah lot terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan. Disebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah Pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan Pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan (melengkung). Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam, turis-turis biasanya ramai pada sore hari untuk melihat keindahan sunset di sini.
Sayangnya, langit Bali memang tidak begitu ramah menyambut kami disini :( Sunset hari ini juga gagal kami abadikan karena awan mendung menghalanginya. Jadilah aku memuaskan diri dengan memotret keempat makhluk langka di dekatku itu :p
Pose andalan :'D |
DAY 3 (SENIN)
10.00 - Perhentian pertama di hari ketiga ini adalah Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana. Kami membayar tiket Rp40.000,-/org (ehm, bukan "kami" sebenarnya... :p) untuk menikmati kemegahan patung Dewa Wisnu dan tunggangannya, Garuda, yang setinggi 18 meter.
Wisnu Plaza adalah tanah tertinggi di daerah GWK dimana tempat kita sementara merupakan bagian paling penting dari patung Garuda Wisnu Kencana patung Wisnu.
Pada waktu tertentu hari, akan ada beberapa kinerja tradisional Bali dengan megah patung Wisnu sebagai latar belakang. Karena lokasinya yang tinggi, Anda dapat melihat panorama sekitarnya. Patung Wisnu, sebagai titik pusat dari Wisnu Plaza, dikelilingi oleh air mancur dan air sumur di dekatnya suci yang katanya tidak pernah kering bahkan pada musim kemarau.
Di kawasan itu terdapat juga Patung Garuda yang tepat di belakang Plaza Wisnu adalah Garuda Plaza di mana patung setinggi 18 meter Garuda ditempatkan sementara. Pada saat ini, Garuda Plaza menjadi titik fokus dari sebuah lorong besar pilar berukir batu kapur yang mencakup lebih dari 4000 meter persegi luas ruang terbuka yaitu Lotus Pond. Pilar-pilar batu kapur kolosal dan monumental patung Lotus Pond Garuda membuat ruang yang sangat eksotis. Dengan kapasitas ruangan yang mampu menampung hingga 7000 orang, Lotus Pond telah mendapatkan reputasi yang baik sebagai tempat sempurna untuk mengadakan acara besar dan internasional.
Hari mulai beranjak siang, kami pun melanjutkan ke destinasi selanjutnya: Pantai Padang-Padang! Pantai Padang-Padang tidak hanya terkenal sebagai salah satu "best surf spots in Bali" namun juga sebagai lokasi shooting film Eat Pray Love. Pasirnya yang putih dan lautnya yang biru kehijauan pernah membelai Julia Roberts.
Beruntungnya kami, tidak lama begitu tiba di Pantai Padang-Padang sekumpulan umat Hindu turun ke pantai sambil membawa sesajen. Mereka akan mengadakan upacara larung sesajen! Wah, serasa belajar Budnus secara live nih :D Sajen utama yang menjadi pusat perhatian siang itu adalah seekor kambing berukuran sedang.
Aku sudah lama memantau foto-foto Pantai ini yang beredar di berbagai media sosial, dan memang keindahannya tidak terbantahkan. Birunya laut berpadu dengan putih-kecoklatannya pasir serta hijaunya tebing di sebelah kiri pantai, widih! Begitu memanjakan mata :')
Tapi....objek wisata yang ramai pengunjung tingkat keindahannya merosot 50% di mataku. Sebagian alasannya karena susah menemukan spot foto yang sesuai keinginan, karena banyak turis yang berseliweran di depan lensa dan menghalangi keindahan pantai :( My personal opinion, sih ya...
Perhentian berikutnya adalah tempat wisata yang sudah lama kuidam-idamkan: Pura Uluwatu! Pura yang terletak di ujung barat daya pulau Bali di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut ini merupakan Pura Sad Kayangan yang dipercaya oleh orang Hindu sebagai penyangga dari 9 mata angin. Sebelum memasuki kawasan pura, kita terlebih dahulu menggunakan kain panjang (jika menggunakan bawahan pendek) atau selendang (jika menggunakan bawahan panjang).
Uluwatu terletak di ujung selatan pulau dewata Bali, daerah ini menghadap ke indahnya samudera Hindia dan itu jugalah yang membuat Uluwatu tampak begitu menakjubkan seperti halnya sebuah keajaiban.
Perjalanan belum berakhir di Uluwatu, karena kami kini menuju Denpasar dengan satu tujuan mulia: bermain badminton! Ya, Aldo (berjiwa atlit badminton sejati) bela-belain bawa raket kesayangannya ke Bali agar bisa bertanding badmin dengan Dwi, luar biasa ya readers? :) Lengkap sudah trip kami ini: kulinernya dapet, wisatanya dapet, sehatnya juga dapet! Oh ya, pinternya juga dapet kok! Kami kan (sok) rajin belajar TKD bareng, bukan hanya dalam perjalanan berkereta ke Banyuwangi, tapi juga ketika di rumah Dwi. Hehehe...
Makan siang dulu sebelum mulai badminton! (at Bebek Bengil) |
Thanks to Arya Alit Suantara yang sudah nemenin kami main badminton :D |
Sebenarnya rencana awal yang kami buat adalah kami akan bertolak ke Lombok pukul 10.00 WITA hari ini. Namun karena semalam Lely mengalami demam, kami memutuskan untuk menunda keberangkatan jadi besok hari. Keputusan yang tepat karena ternyata tuan rumah (baca: Dwi) baru berhasil dibangunkan pukul 11.00 siang -___-
Aku yang masih penasaran dengan pemandangan Danau Batur dari ketinggian, akhirnya sukses membujuk yang lain untuk jalan-jalan ke Danau Batur lagi. Dan lagi-lagi aku dikecewakan langit mendung & berkabut :( Ah....
Kali ini kami berhenti di Penelokan, dimana kita bisa melihat indahnya Gunung & Danau Batur dari ketinggian. Harus bisa tega disini, readers, karena tidak sedikit penjual yang akan mendatangi kita sambil menawari berbagai dagangannya. Jangan sampai tergoda karena nanti menyesal lho melihat harga barang yang sama jauh lebih murah di Pasar Erlangga :9
DAY 5 (RABU)
Time to say goodbye! Terima kasih keluarga Dwi sudah menampung kami yang heboh + recok + berisik ini, terima kasih sudah mengizinkan kami menjajah listrik + air sepuasnya :')
Menuju Lombok, kami berangkat dari Pelabuhan Padang Bai pukul 11.00 WITA. Satu komentar begitu menyentuh tepi pelabuhan: INDAH!!! Entah kenapa, Bali malah memilih hari ini untuk menampakkan langit cerahnya. Perpaduan langit biru dan air laut yang hijau tosca betul-betul menyegarkan mata! Ah, semakin tidak sabar menginjak Lombok. Akan seindah Bali kah, atau lebih indah lagi? We'll see...
Pelabuhan Padang Bai |
*biaya selama perjalanan Jakarta-Bali*
Rp3000,- angkot ke St. Pondok Ranji, Bintaro
Rp8000,- KRL PDJ-PSE (Senen)
Rp15.000,- ojek ke St. Senen dari Kemayoran
Rp213.000,- harga tiket (+biaya admin) KA Jakarta-Jogja-Banyuwangi
Rp213.000,- harga tiket (+biaya admin) KA Jakarta-Jogja-Banyuwangi
Rp60.000,- makan di McD Mal Malioboro
Rp10.000,- jajan di Indomaret Ketapang
Rp15.000,- makan malam dekat St. Banyuwangi
Rp6500,- ferry Ketapang-Gilimanuk
Rp35.000,- bus Gilimanuk-Term. Ubung
Rp50.000,- belanja oleh-oleh di Cening Bagus
Rp40.000,- ferry Padang Bai-Lembar
TOTAL: Rp455.500,-
0 testimonial:
Post a Comment