Let's begin the adventure~! |
FRIDAY. 2014/06/06
Hari Jumat yang indah ini, sesuai rencana, akan kami lewati a la Geng Motor! YEAY! Setelah kemarin seharian bermobil, sekarang saatnya merasakan sejuknya udara Boyolali-Magelang dengan motoran.
Pukul 07.00 aku membuka mata dan menemukan diriku tengah menggigil akibat dinginnya hawa pagi hari Boyolali. Woo hoo! I'm not missing you, Jakarta! HAHAHA. Bapak & Ibu Santi telah menyiapkan sajian khas Boyolali untuk kami: susu sapi segar! Aku yang adalah makhluk penggila susu tentu saja segera memanjatkan puji syukur atas berkat yang diberikan Tuhan ini :3 *lebay kali, Lin!* Susu semangkuk besar ini segera kuhabiskan sendiri, apalagi Ayuni dan Santi(!) ternyata tidak doyan susu.
Perjalanan dimulai pukul... hmm... pukul berapa ya :( Maafkan kemampuanku mengingat detail, ya, readers. Meskipun kami bangun jam tujuh, tapi *sepertinya* kami baru memulai perjalanan sekitar jam sembilan, dikarenakan antrian mandi dan dandan maksimal yang memakan banyak waktu. Hehehe~
Pukul 10.15 WIB kami bertemu dengan Putut di lokasi yang telah ditentukan (lagi-lagi aku lupa nama lokasinya). Kali ini tanpa Amalia yang sudah punya acara lain. Fakhri-Santi, aku-Putut, dan Santi yang motoran sendiri, kami siap memulai perjalanan!
Berhenti di pinggir jalan demi sepotong keindahan menakjubkan ini :) |
Tujuan pertama adalah menuju Ketep Pass. Ketep Pass adalah sebuah objek wisata yang sudah terhitung wilayah Magelang, dengan pemandangan spektakuler Gunung Merapi di kejauhan. Ketep Pass ini berada di puncak Bukit Sawangan, diapit oleh Gunung Merapi dan Merbabu, pada ketinggian 1200 mdpl. Brrrr!! Meski tidak sedingin Candi Ceto kemarin, tetap saja sukses membuatku kedinginan. Dari Boyolali, kami menempuh +- 35 KM menuju Ketep Pass.
Kami sempat berhenti dulu untuk beristirahat, sambil menunggu Fakhri menunaikan shalat Jumat di masjid dekat pemukiman warga sekitar Ketep Pass. Puji Tuhan bisa menemukan kios jagung bakar yang cukup enak dengan harga pas di kantong! Sambil makan, aku terus mengagumi pemandangan hutan dan bukit berselimutkan kabut di kejauhan.
Memasuki Ketep Pass, pengunjung segera disambut ruangan a la museum yang menjadikan Gunung Merapi sebagai koleksi utamanya. Disini terdapat miniatur Gunung Merapi untuk mempelajari berbagai rute mendaki Gunung Merapi. Ah, entah kapan aku bisa menjejakkan kaki di puncak gunung megah itu :')
Selain miniatur Gunung Merapi, Museum Vulkanologi ini juga menyimpan berbagai dokumentasi kegunungapian, berbagai contoh bebatuan bukti letusan dari tahun ke tahun, poster puncak Garuda berukuran 3x3 m, dan beberapa foto & poster lainnya yang menggambarkan aktivitas Gunung Merapi.
Puas menikmati museum *aku sih, yang lain kayaknya "menemani Erlin menikmati museum" :3* kami menuju Pelataran Pancaarga, yang artinya "Lima Gunung". Di lokasi tertinggi Ketep Pass ini kita bisa melihat 5 gunung (kami kurang beruntung karena saat itu kabut ada dimana-mana): Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, dan Slamet. Indah sekali!!!
Oh ya, untuk tiket masuk ke objek wisata ini adalah Rp7.500,- per orang dan Rp2.000,- per motor untuk parkir. Jika tiba-tiba diserang lapar, di sepanjang Gardu Pandang terdapat kios-kios yang siap menyajikan mie instan hangat untuk mengusir rasa dingin! Kami meninggalkan Ketep Pass pukul 13.21 WIB.
Belum puas mengunjungi air terjun, aku kembali (merengek-rengek) minta diajak menyambangi air terjun lain di Magelang. Aku mengetahui air terjun Kedung Kayang dari my favorite travelblogger's page: efenerr.com *please take your time to visit him ;)*. Keempat makhluk pengertian itu akhirnya menyetujui permintaanku, toh memang tidak ada lagi tempat wisata yang ingin dituju. Opsinya hanya dua: Kedung Kayang, atau pemandian air panas *entah apa namanya*. Air terjun, tentu saja!
Air terjun Kedung Kayang ini letaknya tidak jauh dari Ketep Pass. Letaknya di Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, sehingga sering juga disebut "air terjun Wonolelo". Dari pelataran parkir motor menuju air terjun, kita cukup mengikuti jalan setapak yang telah disemen (atau dipaving, ya?). Tidak lama berjalan, kita akan menemukan pemandangan air terjun di bawah sana yang kemudian membentuk aliran sungai jernih. Waaaahh, sejuk sekaliiii~
Setelah beberapa kali jeprat-jepret si air terjun dari ketinggian, kini saatnya menghampiri 'beliau' dari jarak dekat. Nah, mari kita trekking! Hehehe... Jalur trekkingnya ringan, namun menantang bagi yang merasa jarang olahraga. Melewati jalur ini, kami sukses membakar kalori yang sudah menumpuk di perut ini.
Saat kami datang, lokasi ini tidak begitu ramai. Namun tetap saja ada dua-tiga pasangan yang berada di sini. Kami berpapasan dengan beberapa pasangan dan gerombolan anak SMA ketika trekking ke bawah. Syukurlah tidak seramai Grojogan Sewu! :')
Pukul 14.11 kami mendarat dengan sempurna di hadapan Air Terjun Kedung Kayang yang megah itu. Ah, segarnya~ Apalagi tidak ada orang lain yang mengganggu kebahagiaan kami kala itu. Tapi wacana untuk mencicipi sejuknya air tidak jadi kami laksanakan, padahal sudah kepalang tanggung karena celana kami juga basah kuyup akibat harus menyeberang sungai menuju kesini. Hahaha... Alhasil kami terus foto-foto selama +- 1 jam.
Sekali lagi, maafkan aku ya readers, yang tidak bisa mengingat berapa retribusi memasuki objek wisata ini. Yang pasti tidak akan memberatkan kocek kok, tenang saja! ;)
Selepas dari Kedung Kayang, kami memutuskan untuk pulang ke Boyolali saja. Apalagi mengingat Putut yang mengalami 'musibah' disengat hewan-entah-apa menyebabkan matanya iritasi. *Semangat, Putut!* Sepanjang perjalanan pulang, mata kami dimanjakan oleh keindahan Merapi dan hamparan kebun & sawah di sekeliling. Seandainya yang begini ini ada di Jakarta ya...
SATURDAY. 2014/06/07.
The last day! Empat hari di Boyolali terasa cepat sekali berlalu :( Padahal rasanya baru kemarin aku mengeluhkan dinginnya air dan sempat menolak keras untuk mandi pagi, huahahaa~
Hari ini, kami memuaskan diri berleha-leha di rumah Santi. Menikmati susu segar produksi sapi 'peliharaan' keluarga Santi. Menghirup dalam-dalam sejuknya udara Boyolali. Siang ini, kami akan berangkat ke Solo untuk mencari oleh-oleh bekal perjalanan pulang ke Jakarta. Sekalian melihat wujud kota Solo juga, yang belakangan tenar seiring dengan suksesnya Pak Jokowi, ex-walikota Solo, naik pangkat jadi Gubernur DKI Jakarta *sempet aja Lin, bahas politik :p*
Terima kasih banyak kami ucapkan khusus untuk Santi Sudarsih (yang kini sudah sah dipanggil "Bu Taufiq") dan keluarga besarnya. Iya. Keluarga besar. Soalnya Pakde/Bude/Pakle/Bu'le yang memberikan kami pinjaman helm kemarin, hihihi. Terima kasih sudah begitu memanjakan kami dengan sajian-sajian nikmat dan kasur empuk, dan susu sapi yang melimpah (untukku). Dan terima kasih juga untuk Putut dan keluarga besarnya, termasuk Lia, untuk rumahnya, ilmu dan ceritanya, serta pengalaman jalan-jalan yang super menyenangkan! Syukurlah mata Putut sudah membaik :'''')
Terima kasih untuk keindahanmu, Solo-Boyolali-Magelang dan sekitarnya! I'll come back for sure! Thank you for reading, people. Bye for now!
Kedung Kayang yang langsung membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. (Padahal sih selalu begitu tiap liat air terjun hehehe...) |