Sama seperti dua tahun yang lalu, atau bahkan seminggu yang lalu, Semarang masih saja panas menyengat, Bung! Tapi hal ini justru lebih melegakan, karena berarti... jalan-jalan akan terus terlaksana! Yihaaa! Di rumah Kunto ini kami bisa menikmati sepuasnya apa yang sebelumnya tidak bisa diperoleh: bangun siang! Didukung dengan kondisi kamar Kunto yang anti-terang (?) kami baru bisa terbangun diatas jam sembilan pagi, luar biasa.
Hari pertama, Vihara Buddhagaya Watugong menjadi first destination jelajah Semarang. Selain kami dan dua orang pria yang saling memotret di depan pagoda, tidak ada pengunjung lain disana. Mungkin karena hari kerja sih, ya. Tapi kami jadi ragu-ragu berkeliling vihara, takut melanggar ruang suci atau sejenisnya yang tidak boleh dimasuki pengunjung.
Ujung-ujungnya, karena tidak ada yang melarang, kami pun masuk hingga ke dalam ruang utama vihara dimana terdapat patung Buddha raksasa setinggi +- 4 meter. Ini dia objek wisata utamanya. Tentunya kami berkeliling tanpa ribut-ribut, bahkan masuk ke ruang Buddha raksasa nyaris tanpa suara, bagaimanapun ini adalah tempat ibadah yang harus kita jaga kekhidmatannya.
Di bagian belakang terdapat Patung Buddha Tidur juga, lho... |
Beranjak dari vihara, kami bergegas menuju Lawang Sewu. Bangunan yang hanya pernah kulihat di acara-acara televisi ini sekarang tidaklah seseram bayanganku. Pemerintah telah mengadakan renovasi di sana-sini sehingga Lawang Sewu menjadi gedung apik yang digunakan sebagai museum perkeretaapian dan dibuka hanya sampai sore hari. Padahal banyak teman-temanku yang sudah berpesan, "Datengin Lawang Sewu enaknya pas malem hari, masuk ke ruang bawah tanah, trus liat deh pasti banyak 'yang aneh-aneh'" Nah! Satu-satunya hal yang aneh disini adalah renovasi di Gedung A membuat kami tidak bisa melihat langsung kaca patri indah itu. Kaca patri? Ya, itu adalah sebuah mahakarya kaca bergambar dengan warna-warni memukau terdapat di lantai 2 Gedung A Lawang Sewu, sejenis dengan kaca mozaik yang bisa kita temukan di pintu masuk Museum Bank Mandiri, Kawasan Kota Tua. Kami pun hanya bisa mengaguminya dari lukisan-lukisan yang dipamerkan di Gedung B.
Salah satu benda pameran di Museum Kereta Api |
Memasuki Lawang Sewu, kita dikenakan HTM sebesar Rp10.000,- per orang dan Rp30.000,- untuk tour guide. Katanya sih tour guide ini akan mengawal sehingga kita bisa memasuki ruang-ruang yang ditutup karena renovasi. Saat kutanyakan pada seorang pekerja di Gedung B, nyatanya kami tetap tidak bisa melihat kaca patri itu walau disertai seorang tour guide. Duh, untunglah kami tidak tergoda :(
(Gambar) Kaca Patri di Lawang Sewu |
Karena Lawang Sewu tidak menyediakan lahan parkir, kami parkir di dekat restoran Holliday yang tidak jauh dari sana. Sekalian makan siang deh jadinya, hitung-hitung menunggu matahari 'tergelincir' agak ke Barat.
Itadakimasu! |
Puas mengisi perut dan memanjakan lidah, perjalanan pun dilanjutkan ke next tourism spot: Klenteng Sam Po Kong. Panasnya matahari masih tidak tertahankan. Sangat disarankan untuk membawa pelindung mata dan kepala, karena luasnya Sam Po Kong akan membuat kita banyak berjemur keasyikan memotret seluruh sudutnya. Warna merah-kuning klenteng begitu menyejukkan, ditambah lagi langit yang saat itu berwarna cerah, sangat kontras berpadu dan memukau setiap orang yang melihat. Aku pribadi langsung teringat film-film kolosal Korea dan Cina begitu menginjakkan kaki ke halaman klenteng yang teramat luas. Rp3.000,- tidak berharga rasanya jika dibandingkan kemegahan yang satu ini. Keren!
Selama perjalanan di Dieng, Yuangga dan Kunto sering menunjukkan feed Instagram milik beberapa traveller yang di-follow-nya. Disana terdapat berbagai foto suatu lokasi tersembunyi di Semarang yang baru-baru ini menjadi primadona wisatawan domestik maupun mancanegara. Namanya "Brown Canyon" yang disebut-sebut sebagai "Arizona"-nya Indonesia. Lihat saja foto-foto di bawah ini, gersangnya bukit ditambah tegaknya berbagai batu padas yang menjulang dimana-mana. Luar biasa. Bahkan di grup facebook "Beautiful Indonesia" pun pernah dibahas tentang lokasi ini. Tak kurang dari 300 komentar menghiasi post tersebut. Rupanya lokasi ini adalah bukit yang tengah dalam proses perataan untuk pembangunan komplek perumahan baru di Pucang Gading. Wah sayang sekali. Kami sebelumnya sempat tersesat ketika mencari lokasi bukit ini. Beruntung, kami nyasar ke sebuah pondok pesantren yang juga berada di ujung jalan tanjakkan, dan dari ponpes ini terlihat jelas batu-batuan padas yang megah kecokelatan di kejauhan. Aku langsung dibuat terpesona pada pandangan pertama. Readers bisa membayangkan kan gimana rasanya melihat keindahan ini dari dekat? :)
Hari kedua penjelajahan Semarang dimulai pada siang hari. Rombongan hari ini pun bukan terbatas pada kami berempat lagi, melainkan bertambah Papa, Mama, dan Tante Kunto yang lebih mengenal tempat-tempat wisata yang akan kami kunjungi hari ini. Sebenarnya, daripada menyebut trip ini sebagai "Three Provinces Trip", lebih cocok jika menyebutnya "Temple Hunting Trip". Kenapa? Karena hari ini kami menyambangi begitu banyak candi! Hahaha... Destinasi pertama (dan terbanyak objek wisatanya) adalah Candi Gedong Songo yang berlokasi di Kec. Bandungan, Kab. Semarang. "Songo" berarti "Sembilan" dalam Bahasa Jawa. Artinya, ada sembilan buah candi di lokasi ini yang tersebar dalam beberapa titik. Disini juga kami dituntut untuk mendaki lagi demi menemui keenam candi yang masih tersisa. Thank God we have mamanya Kunto yang sudah menyediakan bekal cemilan dan jagung rebus untuk sumber tenaga :') Walaupun berangkat bersama Mama, Papa, dan Tante, toh mereka tidak cukup kuat untuk mendaki hingga candi terujung. Alhasil kami berempat dibiarkan mendaki sendiri, hingga waktu azhar tiba. Lama ya? Iya, banyak istirahat (dan foto-foto selfie) sih...
Candi pertama |
Candi ketiga |
Reruntuhan candi yang belum sempat dipugar |
Selfie di candi kesembilan, akhirnya! |
Destinasi kedua sekaligus terakhir letaknya lebih tersembunyi lagi dari Bukit Batu Padas, karena berada di antara pemukiman warga. Meskipun hari sudah beranjak malam, Papa Kunto tetap gigih mengunjungi tempat ini agar kami bisa melihat salah satu bukti peninggalan budaya lainnya. Ya, kami mengunjungi Candi Ngempon. Candi Ngempon ini dibangun pada masa yang sama dengan Gedongsongo, yaitu sekitar abad 12-13 M. Candi terdiri dari 6 bangunan, yaitu 1 candi induk dan 5 candi perwara yang saling berhadapan. Sama seperti Candi Gedongsongo juga, di lokasi candi ini terdapat tumpukan bebatuan yang diperkirakan adalah bangunan candi yang runtuh dan belum bisa dipugar kembali. Karena keadaan sudah gelap, kami tidak berlama-lama di sini. Toh juga tidak bisa puas berfoto karena lighting yang tidak memadai. Cukuplah sudah melihat arsitekturnya yang unik (memiliki relief burung yang berbeda-beda di setiap badan candi). Mari kita pulang!
Mie ayam di Bakmi Jakarta (Mie Ayam Gajah), lezaaaaat~ |
Seiring dengan berakhirnya hari kedua, selesai jugalah petualangan kami di Semarang. Begitu banyak pengalaman baru yang aku peroleh di Semarang, sebagian besar karena transfer ilmu dari Papa-Mama Kunto :') Terima kasih banyak, Pakdhe dan Budhe, semoga bisa bertemu lagi di liburan selanjutnya! Hihihi...
Cuma punya foto bareng Budhe :( |
Rumah Kunto yang penuh keris antik koleksi si Pakdhe |
Nah, readers, demikianlah perjalanan naik gunung-turun gunung, menginjak berbagai terminal & stasiun, melihat puluhan kabupaten di tiga provinsi, dan tentu saja mereguk begitu banyak keindahan yang diciptakan Tuhan. Mulai dari matahari terbit hingga terbenam, mulai dari pantai hingga puncak gunung, mulai dari makan mie instan hingga mencicipi restoran mahal, serta menempuh ribuan jarak dengan kaki, motor, mobil, dan kereta! Semuanya terpenuhi dalam 10 hari, dengan biaya Rp900.000,- saja! Semoga nggak ada lagi yang asal nyeletuk, "Erlin duitnya banyak ya bisa jalan-jalan terus..." karena sesungguhnya kita semua bisa melakukannya jika ada kemauan dan tekad keras ;)
Terima kasih banyak sudah membaca. Semoga catatan perjalanan ini banyak membantu pembaca sekalian yang sedang menyusun itinerary, atau sekadar memberi pengetahuan baru untuk yang belum sempat mengunjungi tempat-tempat ini. Dan jangan lupa juga motto hidup pejalan, "Take nothing but pictures, leave nothing but footsteps, kill nothing but time // Jangan ambil apapun selain potret, jangan tinggalkan apapun selain jejak kaki, jangan bunuh apapun selain waktu." Sampai jumpa!
PS. Special thanks kali ini kupersembahkan untuk Bili :)) Siapa Bili? Nama lengkapnya adalah.... Mobilio! Hahaha... Mobil keluarga Kunto ini telah begitu memanjakan kami yang selama seminggu sebelumnya harus jalan kaki untuk kemana-mana. Bili bahkan dengan tangguhnya bisa membawa kami ke daerah penuh pasir macem Brown Canyon. Makasih ya, Bil! :*
PPS. Daftar pengeluaran di Semarang hingga pulang Jakarta
Tiket Lawang Sewu Rp10.000
Tiket Sam Po Kong Rp3.000
makan malam di Adi's* Rp28.000
beli oleh2 tahu bakso* Rp26.000
makan siang di Bakmi Jakarta* Rp12.000
beli aqua* Rp3.000
KA Matarmaja SMC-PSE Rp60.000
Total Fixed Cost Rp73.000
Total FC + Personal Cost (*) Rp142.000
Total biaya trip: Rp217.000 + 365.500 + 251.000 + 73.000 = Rp906.500,-