Semua bermula ketika saya sedang 'mondar-mandir' di timeline Facebook. Sebuah artikel dari Indonesia.Travel muncul dengan caption: "Pulau Nikoi yang terletak di timur laut Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, tercatat sebagai satu dari tiga finalis kategori Pengubah Dunia (Earth Changers) dalam pemilihan World Legacy Awards 2015 yang diselenggarakan oleh National Geographic."
Mari sekilas kita lihat penampakan tokoh utama topik kita hari ini...
*foto-foto diambil langsung dari situs pribadi manajemen Pulau Nikoi.*
© Nikoi.com |
© Nikoi.com |
Nikoi adalah nama sebuah pulau pribadi seluas 15 hektar yang terletak 8 KM di timur laut Pulau Bintan, Indonesia. Iya, letaknya di Indonesia kok, tenang saja! Namun karena lokasi pulau ini hanya sekitar 85 KM dari Singapura, dapat dipastikan bahwa mostly wisatawan di pulau ini berasal dari negara tetangga alias bukan domestik. Pulau Nikoi yang masih asri ini dijuluki sebagai salah satu pulau menakjubkan yang berada di lepas pantai bersih bebas polusi. Dikelilingi dengan pantai berpasir putih dan karang koral dengan warna-warni spektakuler, serta keberagaman dan garis pantai
Memiliki ketinggian 30 mdpl, pulau ini juga memiliki pemandangan hutan hijau yang subur termasuk pepohonan Banyan asli yang memberikan tempat berlindung untuk habitat burung lokal. Penginapan yang ditawarkan memiliki desain rumah pantai kontemporer khas Indonesia. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan para tamu adalah berenang, berlayar, berselancar, kayak, snorkeling, diving, hopping island, serta pijat dan relaksasi. Pihak manajemen juga menyediakan kolam renang buatan untuk dewasa dan anak-anak. Indoor entertainment yang ditawarkan meliputi lapangan tenis, bar area, dan bioskop mini.
Menuju ke lokasi ini, wisatawan dapat menggunakan fasilitas boat dengan starting point pelabuhan feri Tanjung Merah yang berjarak 2,5 jam dari Pulau Nikoi dan 1 jam dari Singapura. Atau jika Anda seorang miliarder kaya raya pemilik perusahaan sejenis Agung Podomoro Group, bisa langsung menggunakan helikopter karena di pulau ini tersedia helipad.
Saya sempat iseng mencari tahu harga sewa untuk menikmati semua keindahan ciptaan Tuhan tersebut, dan inilah hasilnya:
Type of Beach House
|
Price in SGD
|
Bloomberg Exchange
Rate on 03/18/15, 2.42 p.m
|
Price in IDR
|
1 bedroom
|
375
|
9,485
|
3,6 million
|
2 bedrooms
|
620-750 (based on date)
|
5,8–7,1 million
|
|
3 bedrooms
|
830
|
7,9 million
|
...atau bisa juga kok menyewa satu pulau agar benar-benar terasa feel pulau pribadinya. Cukup dengan Rp151.670.000,- (hari Senin-Kamis) atau Rp189.700.000,- (hari Jumat-Minggu) Pulau Nikoi bisa menjadi milik Anda dan keluarga! Well, untuk informasi lebih detail, silakan saja arahkan kursor ke tautan yang tertera di setiap gambar webpage ini ya.
© Nikoi.com |
© Nikoi.com |
Indonesia memiliki 13.466 pulau baik yang bernama maupun belum bernama. Sayangnya, tidak sedikit dari pulau-pulau ini yang bisa diklaim sebagai hak milik, meskipun memang terletak di wilayah Indonesia. Ya, ratusan pulau telah dibeli pihak asing dan digunakan mereka untuk resort atau tempat wisata pribadi.
Sebelum menulis artikel ini, ternyata saya juga sudah pernah membahas hal yang sama di Kompasiana namun dengan 'tokoh utama' berbeda. Situs Docastaway dengan tagline "Desert Island Experience" menawarkan pengalaman berlibur di pulau-pulau pribadi Sebut saja Pulau Siroktabe, Pulau Gambolo, dan Pulau Tando yang ketiganya dimiliki oleh pengusaha Eropa. Tarif mencicipi keindahan pulau-pulau ini pun dikenakan dalam mata uang euro, berkisar 118-185 euros atau Rp2.590.000,- per orang per malam.
© Nikoi.com |
Tidak perlu lah jauh-jauh. Mari lihat Kepulauan Seribu yang hanya berjarak 1 jam berferi dari ibukota kita tercinta, Jakarta. Dari 110 pulau yang ada di Kepulauan Seribu, hanya 11 pulau yang berpenghuni sementara yang lainnya dijadikan resort dan dimiliki oleh perseorangan atau pulau pribadi.
Kepemilikan pulau memang bukan suatu hal yang baru. Bukan hanya di Indonesia, di negara-negara kepulauan lain pun praktik jual-beli pulau adalah hal yang wajar. Slogan "Money can buy you anything" ternyata terbukti benar dalam hal ini. Bayangkan membuka mata di pagi hari dan langsung berhadapan dengan lautan biru serta pasir putih yang terbentang jauh hingga ke ujung. Siapa sih yang tidak tergoda oleh tawaran keindahan semacam itu?
© Nikoi.com |
© Nikoi.com |
Namun yang miris adalah jika kita, warga negara sendiri, tidak diperbolehkan mencicipi keindahan itu. Sebenarnya boleh sih, asal ada uang. Ya, motto UUD kembali berlaku: "Ujung-Ujungnya Duit".
Backpacker seperti saya ini, yang walaupun sesekali naik tingkat menjadi flashpacker, tentu hanya bisa bermimpi bisa menginjak Pulau Nikoi dan Pulau Siroktabe. Kalaupun saya punya uang puluhan juta dan sanggup menyewa pulau pribadi itu untuk jangka waktu lama, buat apa juga? Saya jauh lebih menikmati hidup nomaden, agar bisa berpindah-pindah dari satu 'surga' ke 'surga' lainnya. Bumi yang begitu luas ini sayang sekali jika tidak dikelilingi. Jika saya punya uang yang banyak, saya pasti akan memilih menghabiskannya untuk bekal hidup keliling Eropa nanti.
Saya memang merasa gerah juga jika berada di tempat wisata yang terlalu ramai. Tapi keindahan yang tidak bisa dinikmati oleh seluruh umat manusia, bagi saya adalah salah satu bentuk eksploitasi besar. Bukankah adalah kebanggaan terbesar kita sebagai orang Indonesia, pada saat bertemu orang asing yang segera menjawab, "Ah yes, of course I know your country!" ketika berkenalan, dan bukannya bertanya, "Is Indonesia a part of Bali?" -___- Bayangkan juga besarnya keuntungan negara secara ekonomi, finansial, politik, dll jika turis mancanegara kerap berwisata ke Indonesia. Wah. Sektor pariwisata kita tentu akan maju pesat. Menyamai kesuksesan Maladewa (Maldives), Hawaii, dan Kepulauan Karibia (Carribean Island) bukan lagi menjadi mimpi semata.
Ah, Pulau Nikoi... semoga pemerintah bisa menemukan solusi terbaik untuk manajemen wilayah Indonesia ini, agar tidak ada lagi pulau-pulau yang tereksploitasi, atau bahkan diakui negara lain sebagai hak miliknya. Semoga tidak ada lagi 'surga' di Indonesia yang harus dibayar mahal oleh warga negaranya sendiri.
Tempat-tempat seperti Nikoi dan pantai utara Bintan bisa menjadi "surga" karena ada infrastruktur yang dibangun oleh pihak swasta asing. Ada sejumlah besar uang yang ditanamkan di sana. Tentunya investor berhak mendapatkan modalnya kembali dan keuntungan dari investasi tersebut. Sebelum pihak asing membangun daerah-daerah tersebut, adakah pemerintah setempat berpikir (jangan harap bertindak) untuk membangun lokasi pariwisata terpadu di sana?
ReplyDeletePada dasarnya tempat itu memang sudah seperti surga,tetapi sebelum ada investor tempat tersebut masih terisolasi belum dipropoganda,harapannya adalah dari investasi tersebut ada kontribusi yg signifikan untuk Indonesia melalui peraturan dan ketetapan pemerintah yg ada
Deleteke pulau beralas pasir udah pernah mba ? ini di depan atau sebelum nikoi...tak kalah indahnya juga...lebih murah dan terjangkau kalau ke sini http://www.unizara.com/2016/04/liburan-asyik-di-white-sand-island.html
ReplyDeleteAkses menuju ke sana bagaimana, umm?
DeleteSebentar lagi akan ada juga BnB Islands, alias pulau Teluk Bakau dan pulau Boboh,yang dihubungkan pasir diantara keduanya. Juga di Kepulauan Riau, Anambas.
ReplyDelete