Aloha, readers! Puji Tuhan, aku berkesempatan jalan-jalan lagi! Kali ini bukan dalam rangka Surat Tugas (ST), Diklat, apalagi Raker Instansi hehehe... Setelah Maret-April dikungkung oleh kerjaan kantor yang bikin aku makin bengkak *iya, dicekokin makanan terus tiap rapat/diklat huhu* bulan Mei ceria ini aku bisa menggenapi nazar untuk main ke pantai!
Trip mates kali ini adalah rekan-rekan kerja di kantor: Mbak Yiska Dini Nastiti, Mbak Devi Yanti br. Bangun, Mbak Jatu Setyarsi Hartini, Mas Affan Hanif Imaduddin, dan Agung Hari Nugroho. Tidak ketinggalan pula Nopri (sahabat sejak 3 tahun lalu + travel mate di Lampung kemarin) ikut meramaikan perjalanan ini. Literally RAMAI lho, readers! Kami hanya bisa diam di saat tidur saja sepertinya, hahaha~
Agung, Jatu, Affan, Nopri, Devi, Yiska, dan Ariana Grande :))) |
Mbak Yiska adalah orang pertama yang mengajak kami bergabung dalam trip yang di-organize oleh "Bolang Adventure". Ini kali keduaku nge-trip dengan paket dari TO, dan jujur saja lumayan dikecewakan oleh pelayanan TO ini dibandingkan Kili-Kili Adventure yang pernah membawaku ke Pulau Harapan. Cerita lengkapnya nanti saja akan aku bahas kapan-kapan. Tapi maafkan aku ya, readers, jika banyak cerita disini yang baper (bawa perasaan.red) karena kekecewaanku yang terlalu mendalam terhadap TO kemarin.
Mari berangkat! |
Kami berenam berangkat dari kantor di Lapangan Banteng menuju meeting point di Plaza Semanggi, sedangkan Mbak Yiska berangkat sendiri dari tempat diklatnya. Tim berseragam batik ini tentunya menjadi pusat perhatian selama di Plangi yang sudah dipenuhi oleh rombongan-rombongan lain yang juga menjadikan Plangi sebagai MP-nya. Nasib jadi PNS ya, mau jalan-jalan aja nggak sempat ganti baju demi mengejar macet ibukota ini. Puji Tuhan kami bisa on time dan membuktikan integritas dan kualitas diri sebagai aparat negara yang berakuntabilitas masih sempat mengurus lambung dulu sebelum menghadapi perjalanan superpanjang dengan Elf menuju Pangandaran. YEAY! Let's begin the adventure!
SABTU, 23 Mei 2015
Pukul 06.00 - Kota Banjar, Jawa Barat. Disini kami singgah sebentar untuk shalat subuh dan meregangkan kaki sejenak. Sudah 10 jam perjalanan, tentu saja pantat ini mati rasa! Duh, Gusti, kok ya ini lama perjalanannya ngalah-ngalahin trip Pak Menteri ke Azerbaidjan yah :( Hingga akhirnya pada pukul 08.00 WIB, kami tiba juga di Cukang Taneuh a.k.a Green Canyon Pangandaran. Bolang Adventure ini menjalin kerja sama dengan Guha Batu Body Rafting Team yang akan menjadi guide kami selama +- 3 jam body rafting. Puji Tuhan, mereka menyediakan alas kaki khusus untuk rafting, aku yang tidak punya sendal gunung ini pun aman dari wacana "rafting beralaskan Crocs abal-abal" hehehe.
Wajib sarapan sebelum body rafting! Ini namanya "Nasionalisme", bung, jalan-jalan pun 'mesti' batikan! :) |
Dari starting point Green Canyon, kami diantar dengan mobil pick-up yang bisa memuat sekitar 10 orang. Wah perjalanannya lumayan juga, readers, satu atau dua kali jalanannya menanjak dan rasa-rasanya hampir membentuk sudut tegak 90 derajat. Kebayang dong betapa ngerinya aku membayangkan bagaimana kalo pick up ini tidak kuat mendaki jalan berpasir itu.
Sekitar 20 menit ber-pick up ria, tibalah kami di salah satu titik awal rafting yang ditandai oleh sebuah pondok sederhana bertuliskan "Guha Bau". Ini adalah lokasi awal rafting apabila kita menggunakan jasa guide dari Guha Bau. Di dalam canyon nanti, kami bertemu dengan rombongan-rombongan lain yang ternyata memulai rafting dari lokasi berbeda.
Trekking sekitar 15 menit melewati hutan-hutan sejuk |
Pemandangan pertama yang kami lihat begitu 'keluar' hutan |
Ini salah satu rombongan yang starting point-nya lebih jauh dari kami |
Geng PKRB in action! |
Kok ya nggak bisa-bisa sih bikin foto melingkar a la anak gahul Instagram gitu :( |
Posisi kayak begini hanya bertahan sekian menit, abis itu... BUBAAAR! Ada yang panik sendiri, ada juga yang asyik main sendiri |
Jangan fokus liat kami aja. See the landscape behind us? Such a magnificent creation! Wajib siapin kamera sejenis GoPro dan Drone kalau ga mau menyesal kemudian |
Selama rafting, aku tentu saja tidak bisa memegang kamera dan hunting foto. Huft. Harus beli waterproof camera secepatnya nih, amin! Green Canyon punya pemandangan menakjubkan, bahkan beberapa kali kami bertemu pelangi di sini. Indahnyaaaa~
Jangan bosan melihat makhluk dengan pose glamorous-nya ini bertebaran di blogku ya hahaha |
Momen kemenangan: loncat indah 7 meter! Iya, T U J U H meter! Hihihi |
Kami akhirnya mencapai titik akhir perjalanan. Luar biasa sekali! Oh iya, ketika sudah keluar dari air barulah aku menyadari jam tanganku lenyap ditelan Green Canyon hahaha. Sepertinya lepas setelah aku melompat 7 meter yang terakhir. Ya sudahlah.
Kami pun bergabung dengan rombongan lain mengantri naik perahu untuk kembali ke lokasi awal tempat Elf terparkir. Sepanjang perjalanan berperahu, aku dibuat terkagum-kagum melihat megahnya bebatuan besar yang terukir alami dengan indah. Semakin dekat dengan tempat berlabuh, semakin sering juga kami bertemu rombongan berperahu lain. Orang-orang ini adalah rombongan yang hanya membayar untuk perjalanan menyusuri Sungai Cijulang, kalau tidak salah Rp150.000,- biayanya. Sayang sekali sungai sudah kotor karena daun-daun kering yang berguguran dan mengurangi keindahan view-nya.
Makan siang kami santap di tempat yang berbeda (RM Green Canyon di area parkir) kali ini. Untuk sebuah trip yang notabene dilakukan di pesisir laut, aku sangat menyesali kenapa kami tidak disajikan seafood menu untuk setidaknya satu kali makan. Kami selalu mendapat menu ayam goreng + tahu goreng selama 3x makan yang masuk ke dalam biaya trip. Ah, aku jadi semakin kangen dengan Kili-Kili Adventure yang waktu di Kepulauan Seribu menyajikan ikan, udang, dan cumi segar yang begitu lezat dan mengenyangkan :(
Before twilight came, we went to Batu Karas Beach. Just as any beach in the weekend, this one was also unbearably crowded. The most attractive thing was there were a group of foreigners in the beach: the boys were happily playing frisbee while the girls sitting on the beach prettily wearing only bikini. Let me repeat it: BIKINI. The beach was filled with visitors who mostly brought their children along, and there were these bikinis girls laughing and drinking beer indifferently. Well, guys, don't you remember that Indonesia is a eastern-cultured country? We barely wear bikini in public place, especially the place is not located in Bali or Lombok. We should all respect the local culture when we travel abroad. I'm not talking about "does wearing bikini is a good thing or not", I'm talking about "respecting the other" here. Hopefully my foreign friends will read this and can understand Indonesia's culture. :)
Pantai Batu Karas sama seperti pantai pada umumnya: luas, ramai, dan tetap cantik. Sunset view-nya itu... BEUH! Indah! Tapi denger-denger sih, Pantai Batu Hiu jauh lebih indah lagi meskipun tidak ada orang yang berenang karena arusnya yang deras. Ah, sayangnya kami tidak bisa menyambangi Batu Hiu karena jadwal yang sudah mundur 3 jam dari itinerary yang tersusun. Next time, hopefully.
Dari pantai, kami beranjak lokasi konservasi penyu. Aku yang sudah cukup sering melihat penyu (dan konservasinya) tidak se-excited kawan-kawan lainnya. Mereka dengan begitu semangat berkeliling dari satu kolam ke kolam lain, berfoto dengan penyu dewasa, dan bertanya banyak hal kepada pemilik konservasi.
Elf akhirnya beranjak menuju Pondok Wisata Abad Baru 2, penginapan kami untuk malam ini. Kondisinya cukup rapi dan bersih namun kami kurang beruntung mendapat kamar (Bungalow) yang kurang memuaskan: pintu kamar berderit + susah ditutup dan langit-langit WC yang bocor. Ya sudahlah (lagi). Sebelum istirahat, terlebih dahulu kami nongkrong sebentar di warkop depan hostel untuk gosip dan ghibah bertukar informasi penting dan menarik tentang kehidupan fana ini *tsah*
Nah, mari kita tidur!
MINGGU, 24 Mei 2015
Karena sudah sangat yakin bahwa pantai hanya bisa ditempuh dengan kendaraan, kami pun tidak berusaha mengejar sunrise. Ditambah lagi kondisi badan yang sudah remuk akibat 'hanyut' kemarin di Green Canyon. Eh, ternyata Nopri dan Agung sempat jalan-jalan pagi dan menemukan bahwa pantai hanya terletak sekitar 15 menit dari hostel kami. Ya ampun! Tega banget Mbak Warkop semalam 'menyesatkan' kami yang polos ini :( Ya sudahlah, toh pantainya super duper ramai di hari Minggu ini membuat suasana kurang kondusif untuk having a quality time together. Rencana menyambangi Pantai Batu Hiu juga batal karena jaraknya yang (kata Mbak-mbak TO-nya) jauh dari Pantai Pangandaran. Okelah. Kita mah apa atuh cuma bisa iya-iya aja daripada dijutekin sepanjang perjalanan pulang ke Jakarta, ya kan...
Di Pantai Pangandaran, kami bertujuh dan 8 orang lain dari rombongan memutuskan untuk jalan-jalan saja ke Cagar Alam dengan menyewa perahu. Lumayan lah. Daripada menghabiskan uang untuk capek-capek snorkelling atau teriak-teriak main banana boat, ya lebih baik berwisata alam. Saat itu di otakku Cagar Alam adalah tempat perlindungan hewan-hewan eksotis, atau setidaknya hutan tropis. Eh, ternyata kami akan wisata gua, saudara-saudara!
Batu Layar, salah satu batu unik yang populer di kawasan Cagar Alam Pangandaran |
Perjalanan menuju Cagar Alam cukup menarik, readers. Kami sempat melewati beberapa pulau dan pantai yang masih sepi pengunjung, bahkan ada yang sedang melakukan pre-wedding shoot di sana. Ini aku doang atau emang semua wanita lajang di dunia ini pasti jadi mellow dan mulai daydreaming tentang "the happy day when you walk down the aisle to meet the one you'll live your life together with" sih??? Oke, mohon diabaikan saja. Hahaha.
Melewati Batu Layar dan Batu Buaya, kami mengapung di atas wilayah coral yang biasa dikunjungi para turis untuk melihat rombongan ikan cantik sejenis Nemo, dkk. Dengan roti seribuan rupiah, Nopri mencoba memancing ikan-ikan ini berkumpul. Walau tidak seramai rombongan ikan di Gili Air Lombok, tetap saja mereka berhasil memukau kami sampai-sampai perahu oleng karena kami semua berkumpul di satu sisi, hahaha! Sempat ditawarkan juga sih untuk snorkelling, tapi kami langsung mengurungkan niat begitu tahu bahwa menyewa goggle, fin, dan sepatu katak dikenai charge yang lumayan! Duh. CCPNS memang belum saatnya untuk royal sesuka hati :(
Setelah +- 30 menit terapung-apung di atas laut, kami pun merapat ke Cagar Alam yang dimaksud sejak awal. Pintu masuknya berupa gua besar yang langsung menarik perhatian setiap pengunjung. Gua Parat ini biasanya menjadi titik awal penjelajahan Taman Wisata Alam Pangandaran yang memiliki luas sekitar 530 hektar.
Serasa mendapat model gratisan kalau jalan-jalan dengan makhluk satu ini! :))) |
Memasuki Gua Parat (Keramat), kami ditawari oleh beberapa guide untuk menggunakan jasa mereka. Untuk seorang guide, kami dikenai Rp150.000,- dengan rute Gua Parat - Gua Miring - Gua Sumur Mudal - Gua Lanang - Gua Panggung - Gua Cirengganis - Gua Karang Bolong. Sebenarnya memasuki tempat-tempat ini kita tidak diharuskan menggunakan jasa guide, khususnya apabila kita sudah menguasai 'medan'. Cukup berbekal sinar flash di ponsel, kita sudah bisa bertualang sendiri! Oh ya, kalau menggunakan jasa guide, kita akan mendapat 5 buah senter. Hanya 5 buah, ya. Aku sempat 'ditipu' karena mau-mau saja menerima senter dari orang lain (sesama guide yang terus mengikuti rombongan kami, entah untuk apa) dan di akhir tour ditagih Rp10.000,-! Hih, ngeselin!
Gua Parat memiliki banyak stalagtit sehingga kita harus berhati-hati mengeksplornya. Yang unik di dalamnya adalah keberadaan dua stalagtit yang berbentuk mirip alat kelamin manusia. Rombongan kami segera berebut untuk bergantian menyentuh dan berfoto dengan replika raksasa ini setelah si guide mengatakan bahwa konon orang bisa mendapat jodoh jika memegang stalagtit yang berlawanan dengan jenis kelaminnya. HMMM. Tentu saja aku bukan termasuk orang-orang yang berebutan itu ya, readers, hahaha!
Disebut "Gua Miring" karena untuk memasukinya kita harus memiringkan badan dan (agak) menahan napas agar perut mengecil hahaha. Dasar manusia zaman sekarang semakin imajinatif, dalam gua ini juga ditemukan berbagai ukiran yang mirip hal-hal aneh: pocong, kuntilanak, malaikat, dan bidadari. Entah dari sisi apa mereka bisa melihat kemiripan itu ya. Aku hanya bisa melihat batu berbentuk tulang belakang manusia di langit-langit gua. Mirip sih.
Untuk lebih lengkapnya tentang isi gua-gua alam yang menakjubkan di cagar alam Pangandaran, kalian bisa membacanya disini ya readers!
Kalau tidak salah sih, ini yang namanya Gua Cirengganis. Aku tidak sempat melihat replika makam di bagian atas itu |
Salah satu lokasi pengambilan foto paling kece, sayangnya yang memfoto kurang profesional mengambil sudut :( |
Selesailah sudah keliling TWA Pangandaran! Sayang sekali kami tidak bisa menjelajah hingga ke air terjun yang katanya butuh waktu hampir 1 jam untuk trekking menemukannya itu. Next time, harus bisa sampai ke sana, amin! Mari kembali ke daratan~
Setelah melunasi tagihan untuk sewa perahu menjelajah Cagar Alam Pangandaran tadi, kami pun menunaikan hasrat shopping (dan photo hunting, untukku) di sepanjang kios tepi laut yang menjual berbagai oleh-oleh Pangandaran.
Sebutir kelapa muda segar dulu, ah, untuk mendinginkan otak dan hati! |
Kembali ke hostel untuk berberes, rombongan check out dan menuju lokasi untuk makan siang dan belanja di toko jajanan khas Pangandaran. Mari sekali lagi kita menguji ketahanan bokong selama 10 jam! Puji Tuhan sih, perjalanannya tidak se-lama yang kemarin, karena entah bagaimana kami bisa ngantor Senin besok kalau tiba di Jakarta jam 1 pagi.
Well, thank you PKRB fellas (minus Bilateral Division) for the sweet memories! Ah ya, dan sekali lagi... selamat ulang tahun untuk Mbak Devi! Maaf ya kami cuma bisa randomly ngasih surprise cake berbentuk kue lapis ala kadarnya berhiaskan lilin babi ngepet hihihi. Ayo jalan-jalan lagi, guys!
Well, thank you PKRB fellas (minus Bilateral Division) for the sweet memories! Ah ya, dan sekali lagi... selamat ulang tahun untuk Mbak Devi! Maaf ya kami cuma bisa randomly ngasih surprise cake berbentuk kue lapis ala kadarnya berhiaskan lilin babi ngepet hihihi. Ayo jalan-jalan lagi, guys!
***
Overall, trip ini seru dan mengasyikkan, apalagi dengan travelmates baru (selain Nopri, tentunya)! Ada keseruan tersendiri ketika mengenal karakter personal masing-masing selama melewati perjalanan (yang diselingi duka-lara) bersama. Namun, di sisi lain aku kecewa dengan jasa Bolang Adventure yang kurang memiliki akuntabilitas sebagai TO. Buat fellow travelers yang sedang mempertimbangkan untuk ikut open trip, cermati baik-baik ya penyelenggaranya. Kalau bisa, di-Google Search dulu untuk cari tahu review konsumen-konsumen TO sebelumnya. Jangan sampai menyesal di akhir, atau malah kecewa dengan hasilnya.
[Rp650.000: sebagian besar trip] + [Rp40.000: sewa perahu menuju Cagar Alam] + [Rp10.000: jasa guide] + [Rp20.000: snorkel fin *kalau minat*] + [Rp20.000: makan malam hari Sabtu] = Rp740.000,- adalah angka yang cukup besar untuk sebuah trip 2D-1N di Pangandaran. Tinggal ditambah sedikit lagi, aku bisa melewatkan +- 7 hari di Dieng-Bromo-Jogja yang tentunya menawarkan lebih banyak hal. Yah, memang harus cerdas untuk memilih trip (dan organizer-nya) sih. Tentukan sejak awal, kamu pilih tempat wisatanya, kenyamanan perjalanannya, atau siapa orang-orang yang menemani? It's all yours to decide, happy planning! :)
Pantai Batu Karas, 23 Mei 2015. PKRB members :) |
0 testimonial:
Post a Comment