Minggu, 9 Oktober 2016
Untuk menuju Sabang dari Banda Aceh, kita bisa menggunakan baik kapal cepat ataupun kapal lambat yang berangkat dari
Pelabuhan Ulee Lheue, tentunya dengan
jadwal dan tarif yang berbeda yah. Kami memutuskan naik
ferry biasa seharga 80K/orang untuk
keberangkatan jam 10 pagi. Halo Pulau Weh, pulau yang selalu terdengar namanya dalam pelajaran IPS/Geografi di bangku sekolah dulu. ^^
|
Lokasi ini ada di kawasan Casanemo, serasa pantai milik sendiri |
Menurut kesaksian dari sang
tour guide (Bang Josua.red), penginapan di Sabang pada dasarnya 'cuma' terbagi atas Casanemo dan Freddie's. Maksudnya... dua penginapan ini yang paling terkenal di penjuru Sabang, dan kalo kita pengen
dinner ala-ala anak Instagram hits yah memang di dua tempat ini. Kami memilih Casanemo dengan pertimbangan desain
resort-nya yang lebih apik: kamar-kamar berbentuk bungalow yang bertebaran di pesisir pantai dan tebing landai, saling berjauhan satu dengan lainnya. Freddie's sendiri bentuknya seperti penginapan standar: kamar bersebelah-sebelahan. Setelah
drop barang-barang dan
touch up sekadarnya, berangkatlah kami menjelajahi pulau eksotis ini.
Untuk makan siang, kami menepi ke
RM Kencana yang jadi terkenal sejak dikunjungi Presiden Jokowi pada bulan Maret 2015 lalu. Mereka menyajikan banyak makanan khas Aceh dengan konsep resto prasmanan. Dijamin bingung dan galau deh melihat banyaknya sajian! Kalau soal minuman, wajib deh memesan es pepaya serut. Seger banget,
cuy!
Bang Aldi mengajak kami ke Benteng Jepang yang terletak di daerah Pantai Anoi Itam. Mendengar kata "Benteng" pikiranku langsung melayang ke Fort Rotterdam Makassar. Ealah, ternyata "benteng" yang dimaksud hanya berwujud se-cungkup bungker dengan meriam kuno di dalamnya. Sisanya? Lapangan rumput dengan pohon kelapa dan pepohonan rindang lain, serta bebatuan karang di ujung tebing menghadap laut lepas layaknya pemandangan di Uluwatu.
Menuju bekas bunker Jepang ini bersiaplah untuk mendaki puluhan anak tangga yang, untungnya, tidak begitu melelahkan. Di puncaknya kita langsung tiba di cungkup bungker dan... mata seketika bertemu dengan laut lepas! KYAAA. Indahnya tak terkatakan. Meski matahari lagi terik-teriknya, langkah kaki kami langsung terarah ke tebing-tebing curam dan bebatuan koral di sekitarnya. Mari puaskan hasrat foto-foto! Tidak perlu khawatir jika lelah, di sini juga banyak pohon rindang untuk berteduh, bahkan ada warung sederhana dengan bangku-bangku kayu untuk kita duduk menikmati segelas kopi Gayo atau semangkuk indomie hangat. SEDAPPP.
Berjam-jam kami habiskan di Benteng Jepang sebelum akhirnya pindah ke lokasi sunset-an. Taman Rekreasi Sabang Fair adalah tempat yang pas untuk menyaksikan matahari terbenam. Taman yang menghadap lautan Selat Melaka ini memiliki beberapa saung tempat kita bisa bersantai menunggu sunset. Sore ini, kami bertujuh duduk manis menanti sang surya tenggelam dengan ditemani rujak, bakso sejenis cilok, dan minuman dingin. Rujak di Sabang ini unik betul penampakannya: buah langsung ditaruh di atas saus + kacang. Bukan "saus kacang" ya, soalnya kacangnya masih utuh belum diulek bersama sausnya. Rasa saus ini pun unik, yang jelas aku suka!
Sudah setia menanti lama yang mengakibatkan rambut berkibar tak karuan, mata kelilipan kemasukan debu, dan badan yang nampaknya mulai masuk angin... eh
sunset-nya ketutupan awan! Hahaha. Kocak.
|
Sunset behind us, food in front of us: Perfecto! |
Kami menjajal rasa
italian food di Casanemo, kayak gimana sih rasa makanan yang diawaki oleh bule Italia tulen? Eh, ternyata... hambar. Hahaha. Garam, saus, kecap, sambel... kami minta semua penambah rasa disediakan demi melawan kehambaran makanan yang, yah... cukup enak lah. Perut kenyang, hati senang~ mari kita istirahat.
Senin, 10 Oktober 2016
Berbagai rencana yang dibuat kemarin bersama Agung untuk
sunrise walking di Casanemo bubar sudah. Penginapan Casanemo ini ternyata kurang nyaman bagi kami, menyebabkan jam 12 semalam kami masih
grasak-grusuk berujung aku yang pindah ke kasur
single. Kamarnya memang hanya menggunakan kipas angin alias tanpa AC. Tapi hawa panasnya tetap mengganggu tidurku, tak peduli ada dua kipas angin dalam kamar.
|
Pantai Sumur Tiga di kawasan Penginapan Casanemo |
Lokasi pertama yang akan kami kunjungi hari ini adalah
Goa Sarang. Jarak dari Casanemo yang cukup jauh (45 menit) membuat kami menyiapkan cemilan, agar perjalanan lebih ceria dan berwarna. Memasuki tempat wisata satu ini kita diharapkan membayar retribusi, aku lupa tepatnya berapa, tapi murah kok. Kami langsung disambut oleh pemandangan laut dari ketinggian yang dapat dinikmati dari semacam pelataran
viewpoint yang difasilitasi tiga ayunan sederhana dan bangku-bangku kayu. Kami pun menggelar bungkusan sarapan di sini.
|
Penampakan dari entrance |
|
Tiga ayunan dengan view luar biasa |
|
Hepot-nya sesi pemotretan Kak Tya dan Bang Josua |
Gua yang terletak di antara laut dan gunung ini sekarang cukup mudah untuk diakses, sejak pemerintah berinisiatif membangun tangga beton. Meski sudah difasilitasi, tetap saja kami tidak tertarik untuk jalan kaki ke pesisir pantai untuk melihat gua. Kami lebih memilih untuk menikmati keindahan pemandangan dari puncak bukit saja.
|
Jalan menuju ke gua yang sebenarnya |
Sarapan sudah, foto-foto dengan
background ala Honolulu pun sudah. Sekarang mari kita ke
Monumen Nol Kilometer! Ini nih tempat hits yang tidak boleh dilewatkan jika ke Sabang. Sebenarnya ini adalah sebuah tugu, tapi saat kami kesana, sang tugu tengah direnovasi. Alhasil cuma bisa berfoto dengan tulisan oranye ini saja :') Penampilan juga kurang bisa 'cetar' disini karena banyaknya tukang/pekerja bangunan, menyebabkan banyak mata yang memandangi kami, cewek-cewek hits (termasuk Agung ya) yang doyan foto-foto.
Sebenarnya secara teknis, koordinat titik terbarat Indonesia berada di Pulau Rondo, namun karena pulau itu kosong dan sulit diakses, maka monumen penanda geografis ini dibangun di Pulau Weh dan diresmikan tahun 1997 oleh Wakil Presiden Try Sutrisno. Semoga renovasi cepat selesai yah, biar readers yang akan kesana bisa menaiki tugu yang punya pemandangan memukau dari puncaknya.
Bang Aldi mendengar informasi tentang adanya suatu kapal karam di dekat Pantai Iboih, lokasi penyeberangan ke Pulau Rubiah. Kami dibawa ke
The Pade Dive Resort, tempat karamnya kapal besar yang berasal dari Thailand ini.
Kapal Kargo MV Pataya III awalnya mengalami mati mesin dan terbawa arus hingga ke sini pada tanggal 11 Agustus yang lalu. Wuih. Puji Tuhan, ke-24 awak kapal selamat dan telah dipulangkan ke negeri asalnya.
|
Meet Bang Aldi, makhluk kece yang setia menemani kami keliling Pulau Weh |
Destinasi terakhir dan paling ditunggu-tunggu:
snorkeling di
Pulau Rubiah! Pulau ini menjadi destinasi yang paling menguras kocek: sewa kapal, peralatan
snorkel,
tour guide, foto-foto bawah laut, dan makan siang di dermaga.
It's okay lah, toh pemandangan bawah laut Pulau Rubiah memang indah dan mengesankan. Dari
reviews yang kubaca di TripAdvisor, konon kita juga bisa bertemu lumba-lumba apabila
snorkeling jam 9 pagi.
Ternyata waktu kami justru habis untuk sesi foto underwater hahaha. Snorkeling sih, tapi kami jadi lebih fokus sama pemotretannya. Aku... as always tidak berbakat jadi model hahaha. Foto di atas air aja hasilnya standar, kok ya malah underwater hihihihi....
View bawah laut Pulau Rubiah memang indah,
readers. Jenis ikannya beraneka ragam dan berwarna-warni. Sayang sekali airnya tidak begitu jernih sehingga mengurangi
view clearance dan tentunya warna biru air laut. Di salah satu
spot kami bahkan bertemu dengan
baby 'Nemo', ituloh
clownfish /ikan giru dengan garis-garis oranye-putih di tubuhnya. Tapi rumah si Nemo ini cukup jauh di kedalaman laut, Agung yang doyan menyelam bahkan tidak berhasil mendapat foto
underwater yang kece bersama Nemo. Sepertinya sih ini pengaruh musim,
snorkeling disini pasti akan lebih menarik di bulan-bulan Juli dan Agustus.
***
|
Geng Putri Tour full team! |
Nah,
readers... Selesailah sudah petualangan "
Geng Putri Tour" di Pulau Weh. Terima kasih banyak, Bang Aldi,
we are so blessed to have such a enthusiastic and amusing tour guide like you. Buat
readers sekalian (khususnya sesama PNS Kemenkeu) bisa banget kok ngontak Bang Aldi jika ingin ditemani keliling di Sabang ;) Yang penting inget aja, doi udah
taken hahaha... Makasih juga untuk Bang Josua selaku
exclusive tour guide beserta Bang
Alfian dan
Edwin.
You guys are da best!
Laporan
birthday trip kali ini berakhir sampai sini ya. Terima kasih untuk kakak kesayangan se-dunia akhirat: Kak Putri, yang sukses meng-
arrange semua rencana perjalanan (makanya kami namai: "
Putri Tour"). Makasih juga buat Mbak Ari, Kak Tya, dan Agung yang sudah mewarnai cerita jalan-jalanku kali ini, semoga ada kali kedua yaaah.
|
Akhirnya ada foto bareng Kakak tersayang satu ini |
Dan doa terakhirku: Semoga bisa balik ke Aceh lagi dan menunaikan rasa penasaran berfoto di Masjid Baiturrahman, amin. Makasih sudah mampir membaca,
readers!
Sampai Meurumpok Lom Singo! (Sampai berjumpa kembali!)