Merhaba! Hari pertama setelah libur Lebaran usai, saatnya kembali membanting tulang untuk menutupi pundi-pundi yang bocor *insert cry emoticon* Bocor? Iya, kawan. Kantongku bocor sebanyak 14,086,600 IDR alias empat belasan juta rupiah. Itu duit ya, bukan daun kering yang berjatuhan karena peralihan ke musim gugur :(
Sebelum berbagi trip review selengkapnya tentang Turki, ada baiknya aku menceritakan bagian nyesek bin pedih bin penyebab sakit hati dulu ya, sekalian agar aku bisa langsung move on dari segala pengalaman 'indah' ini, hehehe... Alkisah, perjalanan ke Turki ini bermula dari penawaran sang dewa tiket promo, Bang Adi, awal Maret 2016 lalu:
Lin, mau ke Turki nggak? Ini ada tiket promo 4,8 juta (IDR) lho padahal harga normalnya paling murah 9 juta-an
Bukan Erlin namanya kalau nggak 'tertantang' mendengar dua kata "tiket promo". In the end, sepaket tiket PP Malaysia-Turki sukses di-booked seharga 4,970 juta IDR saja, terdiri dari lima connected flights: 1) Malaysia Airlines 1034 Johor Bahru-Kuala Lumpur, 2) Qatar Airways 849 KL-Doha, 3) Qatar Airways 245 Doha-Istanbul, 4) Qatar Airways 246 Istanbul-Doha, dan 5) Qatar Airways 846 Doha-KL. Harganya naik seratus ribu hanya dalam beberapa jam, that's exactly why pemburu tiket promo punya sifat kompulsif yang hanya butuh waktu berpikir 3 detik. Nah, setelah tiket diri sendiri fixed, baru deh aku merekrut travelmates. Kali ini, Aldo Aribama Siahaan dan Ananda Goentoer Lumbantobing yang siap menjadi partner jalan-jalan di Turki. Tiket mereka kemudian sukses di-issued dengan kode booking yang berbeda dariku.
Sekarang, kita masuk ke bagian paling menarik dan berkesan dari perjalanan ini ;)
Minggu, 3 Juli 2016
Demi mengejar flight jam 06.30 ke Kuala Lumpur, aku rela meninggalkan pertandingan Jerman vs Italia yang baru dimulai jam 3 pagi waktu setempat. Aku akhirnya bisa menonton dengan menumpang layar ponsel seorang pria saat antri check-in di bandara, puji Tuhan hari itu Jerman menang *big grin*
Sudah membuang banyak energi untuk bangun subuh dan trying hard memesan taksi lewat Uber/Grab, ujung-ujungnya kami 'terlantar' di Bandara Senai. Check-in counter belum dibuka saat kami tiba jam 4 pagi itu, apa mungkin staf MAS sedang nonton Euro Cup? Entahlah. Begitu counter dibuka, antrian sudah sangat mengular sehingga memakan waktu 1 jam hanya untuk cetak boarding pass. Tidak berhenti di situ, kami kembali dibuat menunggu di boarding room and inside the aircraft karena ternyata penerbangan mengalami delay selama 1 jam.
Setibanya di Bandara Kuala Lumpur, kami langsung melesat ke antrian imigrasi yang memang selalu padat merayap serupa tol Cikampek saat mudik Lebaran. Astaga. Pada saat itu aku tidak berhenti berdoa memohon agar mujizat terjadi... agar pesawat Qatar Airways 849 masih bisa kukejar, agar semua rencana berjalan lancar sesuai jadwal. Oh ya, pesawat KUL-IST aku dan kedua travelmates ini ternyata berbeda, kami baru sadar setibanya di Kuala Lumpur. Pesawatku lepas landas pukul 09.15 sementara mereka sekitar pukul 09.45. I am in total danger now :(
Apa daya, meski berhasil tiba di boarding gate 15 menit sebelum terbang, aku tidak diizinkan masuk ke pesawat. Yah... mungkin Qatar Airways (QA) ini ketat sekali jadwalnya yah, di tiket juga sudah disebutkan bahwa boarding will be closed 20 menit sebelum departure time, begitu pikirku. Tapi kemudian pikiran ini terpatahkan juga saat melihar penerbangan Doha-Istanbul dimana banyak penumpang yang bisa boarding 5-10 menit sebelum departure time. Ini kali ya, yang namanya "takdir".
The good thing about buying a connecting flight ticket adalah maskapai bertanggung jawab atas penerbangan yang tidak bisa dilakukan karena kesalahan maskapai, dalam hal ini delay penerbangan JHB-KUL pagi tadi. Demikian juga saat itu, tim QA di gate tersebut mengusahakan aku untuk bisa reschedule tiket. Salah satu staf perempuan QA lalu mengantarku ke suatu counter di luar boarding area yang baru aku sadari kemudian bahwa itu adalah counter-nya Malaysia Airlines (MAS). Staf MAS ini menawarkan satu-satunya opsi bagiku: penerbangan malam ini ke Doha jam 20.50 - 23.00 dengan QR 847 dilanjutkan QR 239 ke Istanbul besok hari (4 Juli) jam 07.35 - 12.20. This option left me with no choice but missing one whole day in Cappadocia, dan hal ini sangat mengganggu itinerary yang telah kususun rapi.
Apa boleh buat, aku tidak punya pilihan lain. Puji Tuhan, tidak ada charge yang harus dibayar atas reschedule ini, tapi akhirnya aku tetap harus membeli tiket baru Istanbul ke Cappadocia karena tidak bisa melakukan reschedule jarak jauh dari Malaysia. Kebocoran pertamaku: tiket IST-KSR seharga 854,7K IDR.
SABTU, 9 JULI 2016
Pokoknya nanti di Doha kita harus selfie di depan hewan-entah-apa-itu-namanya!
Demi menebus rasa sesal dan sedih karena kami terpisah flight saat menuju Istanbul, Ananda dan Aldo sudah merencanakan untuk foto lengkap bertiga setibanya di Hamad International Airport, Doha. Namun... takdir kembali berkata lain.
Saat kedua partners-ku selesai check-in dan drop bagasi untuk Qatar Airways 246, aku justru tertahan di counter check-in tersebut. Counter staff-nya memintaku untuk menepi sejenak (berasa mobil ditilang nggak, sih?) tanpa menjelaskan letak permasalahan lebih lanjut. Aku pun berdiri menunggu di ujung counter dengan tidak diberi kepastian apa-apa. Beberapa saat kemudian, floor manager yang bertanggung jawab atas counter area itu mendatangiku:
Ma'am, we cannot find your tickets because your booking here showed as "no booking". Did you do something to your ticket?
Tahu yang namanya "tercengang", readers? Itulah yang aku lakukan selama 1-2 detik penuh rasa shock itu. Did I do something to my ticket? Dicincang sama rata lalu digoreng dengan minyak panas? Atau digunting bentuk pola untuk kemudian dijadikan wallpaper di kamar? APA YANG AKU LAKUKAN PADA TIKETKU? For such a big company, saying this to a customer is totally not okay. Saat itu, aku memang cuma bercelana jins belel sobek-sobek dengan sendal jepit, tapi I am not stupid enough to do such thing to my tickets. Alur konfirmasi "no booking" ini berjalan sangat lama dan berbelit-belit. Aku pegal berdiri namun hatiku lebih pegal lagi melihat betapa acuhnya tim QA di Ataturk ini. This floor manager kept saying, "Supervisor saya bilang..." Oke. Enough. I need to speak directly to this supervisor.
Naik ke airline office-nya QA di lantai 2 Bandara Ataturk, ternyata sama aja. Supervisor dan staf di kantor itu tidak bisa memberikan jalan keluar, tidak bisa memberi aku kepastian, dan hanya bolak- balik bertanya:
Do you know who did this to your ticket?
Readers, penasaran apa yang terjadi pada tiketku? Begini kejadiannya: masih ingat dengan reschedule yang dilakukan counter staff di bandara Kuala Lumpur? Menurut tim QA Ataturk, ada orang yang melakukan revisi atas tiketku. Tiket asliku dengan penerbangan KUL-DOH-IST yang sesuai jadwal awal, adalah tiket dengan nomor sekian sekian, mari kita sebut "Tiket 123". Orang ini kemudian menerbitkan tiket baru, sebut saja "Tiket 234", yang berisi penerbangan KUL-DOH-IST dengan jadwal baru (rescheduled) tapi tanpa tiket returns flight. Kemana perginya return flight-ku yang sudah dibayar lunas hingga ke sen-sennya? Tiket itu diubah menjadi "open ticket", kasus serupa dimana kita melakukan pembatalan tiket (cancellation) sehingga orang lain bisa membeli lagi tiket tersebut.
Solusi apa yang diberikan tim QA Ataturk kepadaku?
You should call the Malaysia Airlines office, because they have no branch here in Ataturk, or might just call the Expedia Singapore where you booked your tickets. We cannot do anything.
Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 alias 30 menit lagi menuju keberangkatanku yang seharusnya. Ananda dan Aldo, sebagaimana saat chaos di Kuala Lumpur, sudah kusuruh naik pesawat terlebih dahulu. Toh kode booking tiket kami berbeda, jadi mereka memang tidak ada masalah apapun. Setidaknya cukup satu orang saja yang tidak bisa terbang, jangan tiga orang.
Aku yang sejak awal sukses me-manage emosi dengan tidak marah, ngomel, atau bahkan menitikkan air mata kekecewaan... akhirnya lemas juga mendengar konklusi dari Sang Supervisor. Sudah terbayang bahwa aku harus mencari pinjaman telepon (saat itu tidak ada telepon di kantor QA Ataturk, dan toh harga diriku melarang untuk mengemis bantuan dari mereka), mencari nomor kantor MAS di Bandara Kuala Lumpur, menjelaskan peliknya kasus ini... baru akhirnya bisa mendapatkan tiket pulang ke Jakarta; itu pun kalau MAS ini bertanggung jawab atas kesalahannya. Kalau tidak? Sia-sialah usaha yang masih di bayanganku itu.
Dan semua imajinasi ini kupikirkan sambil menatap nanar ke arah suatu area khusus di bandara dimana foto-foto korban bom Bandara Ataturk beberapa minggu lalu dipajang. Ada belasan bingkai foto diletakkan di atas meja dengan background bendera Turki menggantung di belakangnya.
Apapun yang terjadi, aku harus keluar dari Ataturk sesegera mungkin.
Itu janjiku pada diri sendiri. Satu jam kemudian, aku berhasil membeli tiket Turkish Airlines TK 0057 Istanbul-Singapura seharga 9,6 juta IDR dan Lion Air JT 159 Singapura-Jakarta seharga 3,5 juta IDR. Kebocoran pundiku selanjutnya: Rp13.231.900 lenyap dalam sekejap mata. Kenapa semahal itu? Karena aku tidak mau membuang waktu, emosi, dan tenaga lagi dengan transit dulu di Doha lalu Kuala Lumpur. Karena aku harus meninggalkan Ataturk secepatnya, dan tidak mau mengambil 1-2 hari izin di kantor demi penerbangan Senin/Selasa yang lebih murah.
Well, afterall aku sungguh mengucap syukur karena... simply, aku tetap mengucap syukur! Bisa saja aku merutuki segala ujian ini dan mencap mereka sebagai "nasib buruk" atau "bad luck" atau bahkan menyalahkan Tuhan. Karena di balik semua ini, satu hal yang paling kusadari adalah betapa Tuhan sudah membentuk pribadiku menjadi seorang yang kuat. Aku mampu menghadapi orang-orang yang menghilangkan sukacitaku dengan senyuman, dengan tetap mengucap "Thank you very much".
YEAY! OKE SELESAILAH SUDAH SEGALA KEBAPERAN :)))
Agak drama ya, Readers, cerita kali ini? Hihihi maafkan aku... tapi seandainya kalian hadir di sisi dan melihat bagaimana aku menuntut kepastian atas tiket-tiket itu, memohon bantuan agar tetap bisa berangkat, lalu akhirnya menunggu berjam-jam hingga jatuh tertidur karena lelah lahir dan batin... kurasa Cinta Fitri dan Uttaran pun akan kalah dramatis ;)
Mulailah traveling, kawan, dan akan kalian rasakan berbagai sensasinya. Semakin banyak obstacles yang bisa kalian lewati, semakin dalam juga kalian akan rindu bertualang. Semakin sering kalian ditempa ujian, semakin kuat juga pribadi kalian dibentuk. Traveling sungguh adiktif, dan masalah-masalah yang seperti ini justru menambah panjangnya portfolio cerita yang bisa kita bagi ke anak-cucu (yailah, padahal calon Bapaknya anak-anak aja masih entah dimana berada ^^)
Terima kasih banyak sudah mampir yaaa~ Selanjutnya, nantikan trip review penuh keseruan dari perjalanan 5 hariku di Turki. Spoiler: aku melewati 10 bandara dan 5 negara dalam Turkey Trip ini!
PS. Kalau bertemu denganku nanti, jangan minta aku untuk kembali bercerita tentang hal ini ya... aku butuh move on nih, Readers :p
Kuar biasaa. Wanita perkasa. 😍
ReplyDeletePuji Tuhan, hasil berteman sama para horbo selama 3 tahun :') bermental baja!
DeleteOmaga tragedi mah kalo itu gw dah ngak snaggup menggeluarkan uang lagi, aku lelah ...
ReplyDeleteBarbie juga sudah lelah, mz... :(
Deletemakkk sabar kaliii. Kalo awak dah nangis di pojokan pas di bandara sana :'(
ReplyDeleteAku rencana nya mau nangis di pundak abang-abang Turkish ganteng, Ncy :')
DeleteEpic! Mbaknya strong, hehe..
ReplyDeletebtw salam kenal mbak Erlin..
salam kenal juga mas Hilmi :) makasih udah mampir ya. semangat nanjaknya, mas!
DeleteErliiiiin. Luar biasa 😍😍😍😍😍😢🖒
ReplyDeleteLhooo kirain Desi komen di post terakhirku hihihi. Makasih udah mampir yaaa :*
Deletelin, baru baca lin... keren kali kamu.. :D
ReplyDeleteaku pengen travelling juga nih, tp ga beranian euy ngebolang sendirian gitu.. salut pisan dah sm kamu XD
Waaa senangnya Amel mampir :) makasih ya Meeel, semangaaat mulai dr langkah kecil dulu ya cantiiik, jgn langsung jauh ke Turki nanti aku panik km ilang hihihi
Delete