Walau tak sedramatis cerita Kuala Lumpur, ekspedisi Kapadokya-Selçuk ini terasa begitu menyesakkan dada (atau "bokong"?). Bayangkan saja, Readers, bus malam kami berangkat dari Urgup-Kapadokya pada pukul 20.00 dan baru tiba di suatu terminal antah-berantah pada pukul 06.00 hari ini! Ketika akhirnya bus memasuki terminal, wajahku menjadi sumringah, semangat eksplorasi muncul ke permukaan... ealah, kami ternyata hanya transit! Selçuk masih 2 jam perjalanan lagi menggunakan dolmus. Aku, Aldo, dan Ananda hanya bisa menghibur diri sambil saling mengadukan kondisi tulang ekor yang naas. Tapi seorang Abang Bule yang kemudian kami sebut "Bujang" (Bule Jangkung.red) lebih kasihan lagi nasibnya. Jadwalnya yang padat mengharuskan Bang Bujang untuk mangkat dari Selçuk dan sudah harus di terminal lagi pada jam 1 siang. Artinya dia hanya punya 3-4 jam saja di Selçuk! Gileee... entah apa yang membuatnya menyusun itinerary begitu ketat. Bang Bujang bahkan sempat lepas kontrol dan beberapa kali berteriak emosi ketika Sopir Dolmus masih sempat-sempatnya menaikkan penumpang dari setiap halte. "Come on, are we going to Ephesus or not?! Step on it!" serunya kesal saat dolmus berjalan lambat. Untunglah si Supir hanya membalas dalam komat-kamit Turkish, kalau tidak mungkin sudah terjadi adu mulut.
"Kasian lho si Bujang, sempat nangis dia tadi habis marah-marah. Capek keknya hati Abang..." bisik Nanda. The perks of having native language which no one around you can understand. Seandainya Abang Bujang ini tipe lelaki idamanku, pasti sudah kuberikan pelukan 'puk-puk' penuh kehangatan :')
"Kasian lho si Bujang, sempat nangis dia tadi habis marah-marah. Capek keknya hati Abang..." bisik Nanda. The perks of having native language which no one around you can understand. Seandainya Abang Bujang ini tipe lelaki idamanku, pasti sudah kuberikan pelukan 'puk-puk' penuh kehangatan :')
Selçuk -- selanjutnya akan kutulis "Selcuk" -- adalah pusat kota Provinsi İzmir yang mengalami perubahan nama dari "Ayasoluk" setelah diduduki oleh Dinasti Seljuk Turks pada sekitar abad ke-10. Selcuk merupakan kota persinggahan terbaik bagi traveler yang ingin mengunjungi kota kuno Efesus. Jadi jangan bingung ya ketika aku ganti-gantian menyebut Izmir, Selcuk, dan Efesus... sama aja kok destinasinya.
Mayra si cewek Mexico pernah menanyai kami, "Who's the one deciding the destinations?" Ananda langsung melirikku sebagai jawaban spontan. Ya, aku yang menyusun semua itinerary, terutama menentukan tempat-tempat wisata yang akan dikunjungi. Apakah aku sudah tahu bagaimana cara menuju kesana? Nope, sama sekali tidak tahu hahaha...
Di sinilah aku sungguh bersyukur punya Ananda, yang secara aklamasi kami dapuk menjadi Penunjuk Arah. Sebutkan saja nama tempat beserta koordinat GPS, if there's any, lalu biarkan dia yang menuntun. Sama halnya ketika menuju hostel kami dari Terminal Selcuk yang setahuku bisa ditempuh dengan berjalan kaki 5-10 menit. Ananda, pokoknya kami padamu :)
ANZ Guesthouse tidak jauh letaknya dari Terminal ("Otogar"). Sayangnya, jalanan yang cukup menanjak membuatnya terasa jauh. So, is it worthy? Ya! Aku tidak akan berpikir panjang untuk merekomendasikan ANZ GH pada calon traveler yang ingin ke Selcuk. Mereka tidak hanya menyediakan roti dan salad layaknya sarapan Turki pada umumnya, tapi juga sereal! Ya ampun, mataku jadi berkaca-kaca bisa bertemu sereal.
Berdasarkan itinerary awal, kami seharusnya tiba di Efesus pada hari Rabu malam hari, setelah nge-bus dari Pammukale. Oleh sebab itu, aku memesan kamar untuk dua hari di Airbnb. Ternyata Mehmet, si pemilik ANZ GH, salah mencatat sehingga kamar triple bed tersebut belum siap saat kami tiba. Untunglah Ibrahim, saudara lelakinya, dengan sigap mencarikan kamar kosong untuk kami yang memelas ingin istirahat dan mandi. Hahaha... "mandi" memang selalu jadi masalah utama. Instead of triple-bed room, kami malah mendapatkan kamar tipe dormitory dengan 5 kasur! Great service, really :) Meski tak private, kamar mandi juga terletak persis di samping kamar, begitu praktis untuk digunakan.
"Aku mau pake hot pants, titik."
Sebagai balas dendam karena selalu berbaju tebal saat di Kapadokya, hari ini kami mau menggosongkan diri sepuasnya. Aku rindu hangatnya sinar matahari :') Siapkan topi dan kacamata hitam terbaik kalian, Readers, karena Efesus ini panas menyengat.
Ibrahim jugalah yang menjadi Dewa Penolong bagi aku yang buta akan rute menuju tempat wisata. Dia memberikan flyer ANZ GH berisi peta wisata Selcuk-Efesus, lalu menjelaskan rute yang bisa kami tempuh siang itu. Kami hanya memiliki waktu satu hari saja di Efesus, jadi tempat wisata harus dipilah sebaik mungkin: only the beautiful and Instagrammable ones. Church of the Virgin Mary memang adalah salah satu situs penting di Efesus, tapi hanya bisa ditempuh dengan taksi atau berjalan kaki setengah jam. Coret! Pamucak Beach, Sirince Village, Seven Sleepers Cave, Terrace House, dan Archeological Museum of Ephesus juga ikut tercoret, sehingga menyisakan Ephesus Ancient City, Temple of Artemis, Basilica of St. John, serta Isa Bey Mosque.
Setelah memperlengkapi diri dengan baju zirah hot pants terbaik (literally "celana panas" karena kelamaan di carrier hahaha) berangkatlah kami bertiga ke otogar untuk menuju Efesus. "Sir, Ephesus?" tanyaku pada supir dolmus yang pas banget sedang bergerak meninggalkan otogar. Bapak Supir Ganteng (semua lelaki ganteng, deh, di Turki ini) mengiyakan dengan senyum lebar. Hup! Kami langsung melompat naik. Perjalanan ke Selcuk bisa ditempuh dalam 5-10 menit (3,2 km) dengan ongkos 2,5 TL saja. "Saja"? Ternyata kalo dirupiahkan jadi 10 ribuan terasa mahal juga ya...
Antrian panjang wisatawan Ephesus Ancient City adalah pemandangan pertama yang menyambut kami. HUFT! Inilah alasan mengapa sebaiknya jangan traveling saat musim liburan: ramai coy! Untunglah kami hanya mengantri 15-20 menit untuk membeli Museum Pass The Aegean seharga 75 TL. HTM kota antik ini hanya 40 TL, tapi jika kalian ingin menyambangi situs lain seperti Basilika St. John, Kuil Artemis, atau Gereja Bunda Maria maka sangat disarankan membeli Museum Pass; harganya akan jauh lebih irit bila dibanding membeli tiket di tiap museum. Museum Pass The Aegean hanya dapat digunakan di situs wisata sekitar provinsi Izmir, ya.
Sebagus apa ibu kota provinsi Romawi di Asia dan menjadi salah satu kota terbesar di Timur setelah Alexandria ini? Empat jempol! :) Aku adalah penikmat film kolosal Yunani-Romawi dan sejenisnya, jadi ketika melihat puing-puing kota pusat perpolitikan zaman Romawi ini dengan mata kepala sendiri... pokoknya nggak ada kata terucap selain, "Wow".
Becanda ding, tentunya kami tetap meracau, "Duh, panas ya!", "Remote mataharinya mana?", "Nggak bisa lagi terbuka mata kakak!" dan berbagai keluhan biar terlihat kayak penduduk Islandia yang jarang kena sinar mentari gitu. Aku tidak punya waktu ber-Wow-Wow-ria kalau sedang dua makhluk ini. Tak berapa lama setelah masuk ke Ephesus Ancient City, masing-masing mulai sibuk dengan kamera entah untuk selfie, ngajak wefie, ataupun memotret kertas kosong demi tuntutan para handai taulan yang ingin diberi ucapan: "Hey, Bambang (nama samaran.red), kapan kesini?" :p
Ephesus Ancient City memiliki beberapa spot menarik: Great Theatre, Celsus Library, Curetes Street, dan Temple of Hadrian. Banyak lagi situs yang tidak sempat kueksplor karena ramainya pengunjung dan panas sinar matahari yang terlalu bikin migrain. Yang jelas, reruntuhan kota ini tetap terlihat megah meski sudah termakan zaman.
Banyak yang masih berdiri kokoh, namun ada juga yang membutuhkan imajinasi maksimal agar bisa terlihat keindahannya. Jalanan Efesus ini jelas terlihat sering dialiri air: licin, tidak rata, dan memiliki beberapa lubang pembuangan air di beberapa titik. Jadi ingat pernah Pendalaman Alkitab tentang Efesus yang menjadi kota perdagangan besar karena lokasinya yang dekat dengan pelabuhan. Lokasi strategis ini juga membuat Efesus cocok sebagai pos penyebaran Injil. Rasul Paulus pernah tinggal disini selama 3 tahun dan mendirikan jemaat yang kemudian menjadi salah satu jemaat paling 'subur' di Asia Kecil.
Banyak yang masih berdiri kokoh, namun ada juga yang membutuhkan imajinasi maksimal agar bisa terlihat keindahannya. Jalanan Efesus ini jelas terlihat sering dialiri air: licin, tidak rata, dan memiliki beberapa lubang pembuangan air di beberapa titik. Jadi ingat pernah Pendalaman Alkitab tentang Efesus yang menjadi kota perdagangan besar karena lokasinya yang dekat dengan pelabuhan. Lokasi strategis ini juga membuat Efesus cocok sebagai pos penyebaran Injil. Rasul Paulus pernah tinggal disini selama 3 tahun dan mendirikan jemaat yang kemudian menjadi salah satu jemaat paling 'subur' di Asia Kecil.
Makan siang porsi raksasa! |
Normal tourist will spend 2-3 hours for this site, tapi kami hanya butuh 1 jam plus
Kuil Artemis dan Basilika St. John letaknya tidak jauh dari ANZ GH. Ananda menuntun kami yabg mulai berjalan terseok-seok, dari otogar hingga menemukan destinasi ini. Dalam perjalanan, kami juga melewati Isa Bey Mosque, sebuah masjid yang dibangun secara asimetris, baik dinding, jendela, bahkan kubahnya. Sayang sekali kami tidak singgah kesini mengingat kami tidak berpakaian cukup sopan. Maybe next time, amen.
Jika di Kapadokya kalian akan muak melihat bebatuan, maka di Efesus bisa dipastikan akan muak juga melihat reruntuhan, hahaha. Sama halnya dengan Basilika St. John yang hanya terdiri dari puing-puing tembok basilika dimana terdapat empat pilar megah yang menjadi pondasi untuk empat pilar lainnya. Memang terlihat biasa saja, tapi sejarah di baliknya... luar biasa!
St. John atau Yohanes murid Yesus, sang penulis Injil Yohanes dan kitab Wahyu, dipercaya menghabiskan masa terakhir hidupnya di Efesus. Basilika ini dibangun tepat di atas makamnya 300 tahun setelah kematian Yohanes. Ah, keren banget lah pokoknya, membayangkan betapa aku berdiri begitu dekat dengan kehidupan prasejarah Kristen yang hanya kubaca melalui Alkitab :') Ini semacam 'umrah' yang tak direncanakan. Bahkan hingga saat mengetik blogpost ini pun aku masih susah percaya aku sudah mengunjungi kota tempat lahirnya Injil Yohanes.
Sisa pilar Kuil Artemis di dekat Basilika St. John
source: Ephesus.us
|
Kuil Artemis yang adalah satu dari 7 Keajaiban Dunia Kuno, tidak lagi exist secara utuh. Tinggal satu pilar tunggal saja yang bisa disaksikan di Efesus. Miris? IYA! Apalagi mengetahui bahwa salah satu peninggalan kuil yang paling indah disimpan (atau "dicuri"?) di British Museum, London. JRENG. Jauh amat, men! Yasudahlah... mungkin kami tidak diizinkan 'bertemu' dewi hutan dan kesuburan Yunani Kuno ini.
Melangkah meninggalkan basilika, kita akhirnya bertemu Ayasuluk Fortress. Sebuah benteng yang nampak begitu mencolok dari jalan raya karena terletak di ketinggian bukit Selcuk. Katanya, sih, di dalam benteng yang dibangun untuk keluarga petinggi Pemerintahan Ottoman ini terdapat bangunan masjid kecil dikelilingi beberapa sisa-sisa rumah. Dari luar, benteng terlihat begitu luas dengan 15 rectangular towers berdiri megah, dan tiang beserta bendera Turki berkibar agung di ujungnya. Sungguh instagrammable!
Oh ya, disini kami tiba-tiba diajak foto bareng oleh keluarga yang nampaknya berasal dari India atau Iran. Ciyeeeh~ Aldo dan Ananda akhirnya merasakan jadi 'artis' di negeri orang :p Readers, kalau menemukan foto kami di depan Benteng Ayasuluk beserta seorang India/Iran, please let us know ya. Seriusan, janji ya?
Apa minuman khas Turki? Turkish coffee and black tea, iya betul. Selain itu? Jus jeruk dan pomegranate! Jus-jus ini dapat ditemukan dengan mudah di berbagai sudut negara Turki. Harganya bervariasi; di Istanbul hanya seharga 2-3 TL, namun di luar Basilika St. John ini... 9 TL! Astaga. Pemerasan! Harusnya kami bertanya harga dulu sih, bukannya langsung duduk lalu memesan akibat kepanasan, hihihi. Itung-itung memajukan pariwisata Turki lah ya.
Selesailah sudah eksplorasi kami di Selcuk/Efesus/Izmir ini. Kulit menghitam, keringat membanjir, dan kaki yang kelelahan karena naik-turun bukit, semuanya tertebus oleh rasa girang di hati dan banyaknya foto kece di gadget. ;) Dengan suara bulat kami putuskan kembali ke hostel untuk beristirahat sejenak sebelum hang out lagi bersama Mayra, yang kebetulan juga berada di Efesus.
Last hangout with Mayra. Bye bye, beautiful! |
Turkish pizza! They really came in big portion |
Jumat, 8 Juli 2016.
Masih dengan mata bengkak hasil begadang memantau skor Jerman-Prancis (iya, iya, aku tau Jerman kalah, nggak usah senyum jahil gitu ah)... aku membangunkan kedua travelmates-ku jam 3 pagi. Mandi nggak, Lin? Hahahayaenggaklah! Dalam waktu 1 jam saja kami bergegas cuci muka, sikat gigi, dan membersihkan kamar. Penting banget lho, Readers, untuk membuat segala sesuatu rapi dan teratur seperti sediakala. Kebiasaan beres-beres ini leaves a good impression to some of my Airbnb hosts dan mereka juga mengaku senang jika kedatangan tamu orang Indonesia yang terkenal ramah, sopan, dan tidak jorok. Aaaww, masih tidak bangga jadi orang Indonesia? ;)
Jam 4 dini hari kami keluar dari ANZ GH menuju otogar. Kemarin Ibrahim hanya menjelaskan bahwa fasilitas free shuttle terletak dekat otogar tanpa menyebutkan lokasi spesifik. Alhasil kami bolak-balik selama hampir setengah jam, hingga akhirnya terbantu oleh seorang petugas yang mengatakan bahwa lokasinya tidak jauh dari klinik di seberang.
Nah, saat suatu lokasi tidak tercantum di peta elektronik sehingga Ananda tak bisa 'bekerja'... disinilah peran penting wanita dengan senyum manisnya. Gunakan GPS: Gerakan tanya Penduduk Sekitar (istilahnya Mas Yudha saat Flores Trip nih). Kami berhasil menemukan shuttle stop yang rupanya merupakan sejenis kios/restoran pinggir jalan, tepat di sebelah klinik. "They come 5.20," kata Bapak Penjaga Kios sambil memberi isyarat agar kami duduk menunggu. Siap, Pak! Sebagai early breakfast, kami memesan segelas kopi Turki hangat dan snack ringan untuk mengisi perut.
Hayo tebak, ini bandara keberapa yang sudah kuinjak? Bandara Adnan Menderes (ADB) adalah perhentian terakhir kami di Provinsi Izmir. Dari sini kami akan terbang pada pukul 7.40 dengan Atlasglobal Flight 29 menuju Istanbul. Kyaaaa... The end of holiday is coming closer! :(
Bye bye, Izmir, see you again. SOON. :)
***
PS. We have this private WhatsApp group called "Smacking Boneski" yang berawal dari cetusan si Kakak Tertua, Aldo, setelah aku memberi informasi berharga terkait Turkey Trip: "Ok. Nice info. Brb smack the bone" Buat yang selera humornya nggak se-frekuensi dengan kami, "smack the bone" maksute adalah banting tulang lagi demi nafsu jalan-jalan superjauh. ^^ So... this is us, the Bone-Smackers!
Bone-Smacker 1: the one in charge for direction and saying all the curse words |
Bone-Smacker 2: the one responsible for all connections related to men. ALL MEN. |
Bone-Smacker 3: the one who used to be so neutral but changed a lot after being affected by Ananda. :( Yes, Ananda. Not me. |
0 testimonial:
Post a Comment